Ada Apa dengan Bika [TALUBI]?
Selasa, Desember 06, 2016
“Bang Wisnu, ini ada talas goreng dari
mbah Mijah. Habis ngambil dari sawah katanya” // “Talas? Ogah ah, nanti
gatel-gatel.” // “Kagak bang, ini udah bersih, enak bin lezat. Buruan gih
mumpung anget.” // “Yakin?” *kemudian nyoba sepotong*
***
Kurang
lebih seperti itu percakapan antara Bang Wisnu dengan Arkan, anak kecil
tetangga sebelah rumahnya. Bang Wisnu, seorang laki-laki lulusan salah satu
perguruan tinggi negeri favorit yang baru saja mendapat gelar sarjana dan
sedang mencari kerja. Dia memang orang yang lumayan pilih-pilih masalah
makanan. Nggak sembarangan makanan
masuk ke dalam perutnya. Sebenarnya, dia juga bukan orang yang berasal dari
kota-kota metropolitan layaknya Jakarta atau Surabaya, tapi entah kenapa dengan
makanan-makanan tradisional seperti talas, Wisnu tak terlalu tertarik. Alergi
mungkin? Hmmm, antara alergi atau gengsi?
***
Layaknya
fresh graduate lain setelah lulus
dari kampus, Wisnu mencoba memasukkan lamaran kerja ke berbagai perusahaan
sesuai jurusan semasa kuliahnya. Tak banyak lowongan memang, tapi setidaknya ia
sudah berusaha untuk mencoba. Perusahaan A, B, C hingga D dan E yang ia kirimi
surat lamaran tak kunjung ada balasan. Hingga akhirnya ada satu pengumuman di televisi
tentang rekrutmen besar-besaran sebuah perusahaan di Bogor – Jawa Barat. Ya, Bogor.
Kota yang terkenal dengan angkot, Kebun Raya Bogor, puncak, dan talas. Talas
lagi? O-M-G!!!
***
Selang
beberapa minggu setelah melakukan registrasi via internet dan dinyatakan lolos sebagai
peserta tes rekrutmen, berangkatlah Bang Wisnu ke Kota Bogor. Berhubung nggak punya saudara di Bogor, ia
menghubungi salah satu teman semasa kuliahnya yang tinggal disana untuk
dimintai bantuan. “Dit aku udah berangkat
ke Bogor, nanti kira-kira jam 13.45 sampai. Minta tolong jemput ya.”
Begitulah pesan LINE Wisnu kepada temannya, Adit. “Oke! Nanti kabar-kabar aja kalo udah sampe,” balas Adit.
Kesempatan ke Bogor pun tak mau disia-siakan oleh Wisnu, ia berencana mengajak
Adit untuk menjadi tour guide-nya selama
di Bogor beberapa hari kedepan.
“Aku udah sampai Dit, tak tunggu di
deket pintu keluar stasiun ya? Yang ada tangga penyebrangannya,” pesan singkat Wisnu untuk Adit sembari
mendengarkan musik lewat headphone
barunya. 15 menit kemudian, tampaklah seorang anak laki-laki berumur 20 tahunan
mengendarai sepeda motor matic
berwarna merah elektrik menemui Wisnu yang tengah asyik memainkan smartphone sambil mengangguk-anggukkan
kepala karena musik EDM yang
didengarnya. “Weee, pakabar Nu?” Adit
membuka obrolan. “Sehat Alhamdulillah,”
jawab Wisnu singkat sambil menaiki jok belakang motor Adit. “Ajakin aku muter-muter Bogor dong Dit,
mumpung masih siang ini sayang kalau langsung pulang ke rumahmu.” “Mau kemana?”
tanya Adit sambil menjalankan gas motornya pelan. “Kebun Raya Bogor aja, deket kan dari sini? Kayaknya enak juga buat ngadem.” Tanpa jawaban dari Adit, motor matic merah ber-plat “F” itupun membawa dua sahabat karib ini ke
kawasan Kebun Raya Bogor dengan kecepatan 50 km/jam.
***
“Turun bentar Nu, aku mau beli makanan
dulu buat cemilan di KRB,” pinta Adit
pada sahabatnya yang masih mengagumi bangunan-bangunan di sekitar Kota Bogor. Adit
pun dengan segera masuk ke salah satu outlet oleh-oleh khas Bogor yang didominasi
warna ungu, kemudian diikuti Wisnu dengan rasa penasarannya membaca branding yang terpasang di depan outlet
bertuliskan Bika Bogor Talubi.
Salah satu outlet Bika Bogor Talubi | Sumber : hellobogor.com |
Setelah membuka pintu dan masuk outlet Bika
Bogor Talubi, mereka berdua disambut dengan keramah-tamahan teteh-teteh penjaga outlet yang bertugas pada shift siang itu. Adeeeeeem. Batin Wisnu. “Kamu
mau bika yang rasa apa Nu?” tanya Adit yang kemudian mengaburkan lamunan Wisnu. “Terserah lah, aku ngikut aja yang penting enak.”
“Oke! Aku ambil Bika Bogor Mini 1 sama Bika
Bogor Nangka 1 ya teh, jadi berapa?”
“Totalnya jadi Rp 64.000,-“
“Tetehnya cantik tuh Dit pake
jilbab lagi, beuuuuh kaya adek-adek mahasiswa baru di kampus,” bisik Wisnu kepada si Adit yang tengah melakukan pembayaran di kasir.
“Bisa aja lo Nu, ayo cuuus ke Kebun Raya Bogor, keburu sore.”
Selamat datang di outlet kami | Sumber : Facebook Bika Bogor Talubi |
***
Sesampainya
di Kebun Raya Bogor, mereka berdua langsung mencari spot bagus untuk menikmati view Istana Kepresidenan yang terletak
satu kompleks dengan KRB. Setelah berlelah-lelah dengan perjalanan panjang,
akhirnya Wisnu menikmati suasana istirahat di Kebun Raya Bogor sembari menikmati
Bika Bogor Talubi yang dibeli sebelumnya. “Enak
ini Dit, tapi ngomong-ngomong kenapa namanya bisa Bika Bogor Talubi? Biasanya
kue bika kan ya, Bika Ambon itu?” Wisnu menyerang Adit dengan pertanyaan
itu ketika mulutnya tengah dipenuhi dengan kue Bika Talubi. “Tak jelasin ya Nu, Bogor kan terkenal
sebagai kota penghasil talas, nah salah satu panganan unik hasil kreasi warga
Bogor dari talas ya ini, Bika Bogor. Terus kenapa bisa ada embel-embel TALUBI,
karena sebenernya TALUBI itu singkatan dari talas dan ubi. So, terciptalah nama
Bika Bogor Talubi (Talas dan Ubi) ini Nu. Paham?” penjelasan panjang Adit
kepada Wisnu.
“Waduw! Talas Dit? Yakin talas? Kok
enak, nggak bikin gatal lagi? Masalahnya aku sering gatal-gatal kalau habis makan
talas.” Ekspresi kaget Wisnu langsung muncul
ketika mengetahui kalau bika yang ia makan berbahan dasar talas. “Itulah istimewanya Bika Bogor Talubi, meski
berbahan dasar talas dan ubi tapi nggak kalah enak dengan cake khas Eropa atau
Amerika kan?” Adit menjawab dengan bangga.
“Terus bedanya sama Bika Ambon?”
Aaaaaarghhhh, tanya mulu lo. Adit ngomel dalam hati. “Bedanya? Bika Talubi ini dimasak dan diracik dari bahan-bahan
berkualitas tinggi tanpa pengawet. Selain itu, jika Bika Ambon yang berasal
dari Medan menggunakan daun jeruk, sereh, dan serbuk kunyit sebagai bahan
campuran adonan, di Bika Bogor Talubi ketiga bahan ini tidak dipakai. Terus
varian rasa dari oleh-oleh khas Bogor ini juga banyak, ada bika bogor rasa nangka,
bika bogor talas, bika bogor coco pandan dan bika bogor ubi madu.”
Varian rasa Bika Bogor Talubi | Sumber : Facebook Bika Bogor Talubi Edit : wisnutri |
“Kalo yang bulet kecil-kecil ini apa
Dit?”
“Itu salah satu varian lain dari Bika
Talubi, yaitu Bika Mini Bogor Talubi. Satu kardus ada 10 biji. Ukurannya pas
banget buat langsung dimakan, apalagi buat kamu yang kaya’ macan kelaparan gini
Nu. Nih kalau kamu mau bawa oleh-oleh khas Bogor buat keluargamu, besok tak
anter ke outlet Bika Bogor Talubi. Tinggal pilih mau outlet yang mana?”
“Loh ada berapa outlet emang?” Wisnu semakin tertarik dengan obrolan
oleh-oleh khas Bogor ini.
“Ada 3, yang pertama tadi ada di Jalan Padjajaran 20 M Bogor, terus di Jalan
Soleh Iskandar No 18 B Bogor, dan yang terakhir di Jalan Raya Gadog Sebelah Vimala
Hills daerah puncak Bogor. Tapi misal nggak mau repot-repot datang ke outlet, kamu
juga bisa order online via Whatsapp di nomer 0888-4829-626 atau message aja di LINE dengan id @bikabogor. Mau
kepo-kepo produk lainnya bisa juga, kamu tinggal search aja akun Bika Bogor
Talubi di Instagram atau Facebook dengan keyword @bikabogor. Langsung nongol
dah tu di search result paling atas.”
Instagram & Facebook Bika Bogor Talubi |
“Harg………" belum selesai kalimat Wisnu,
Adit langsung menjawab dengan santai dan bergaya ala mas-mas sales promotor di mall yang sedang mempromosikan produk dagangannya kepada konsumen.
“Muraaaah, bika selezat dan
selembut ini hanya dikasih harga dari Rp 29.000,- sampai Rp 35.000,- aja lho
bro. Plus satu lagi info penting buat kamu, misal pengen oleh-oleh selain bika,
di outlet Bika Bogor Talubi juga ada olahan dari talas dan ubi yang lainnya.
Donat? Ada. Lapis Bogor yang super lezat? Ada. Brownies juga ada. Lengkap deh pokoknya.”
Pilih yang mana? | Sumber ; Facebook Bika Bogor Talubi Edit : wisnutri |
“Syaaaap Dit, syaaaaap. Udahan ini
jadi promotornya? Kalau udah ayok lanjut jalan, kenyang ini makan 1 box Bika
Bogor Talubi. Tapi minta tolong fotoin dulu dong Dit, biar ada bukti kalau seorang Wisnu ini pernah sampe Bogor hehehe." Adit dan Wisnu kemudian beranjak dari obrolan ringan mereka dan melanjutkan
berkeliling Kebun Raya Bogor sambil menenteng 1 kresek kecil berisi Bika Mini
Bogor Talubi yang tak sanggup lagi masuk di perut Wisnu.
Kok cuma separo? // Iya, yang sebelahnya digigit tikus hihihi |
***
“Membawa oleh-oleh baik berupa makanan ataupun yang lainnya
untuk keluarga dan kerabat di rumah merupakan satu tindakan positif yang berarti.
Hal ini karena keluarga atau kerabat di rumah akan melihat pada apa yang di
bawa dari bepergian. Hati mereka akan merasa senang akan kedatangannya dan akan
menjadi lebih bertambah bahagia manakala disertai dengan oleh-oleh yang
dibawa.”
0 comments
Yakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^