Bulak Peperangan : Sabana Gunung Lawu di Jalur Pendakian via Candi Cetho
Minggu, Mei 14, 2017
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Namanya Bulak
Peperangan. Hamparan sabana yang terletak di Gunung Lawu, tepatnya di pos 5
jalur pendakian via Candi Cetho. Jalur pendakian melalui Candi Cetho merupakan jalur
terpanjang yang harus kita lalui jika ingin mendaki Gunung Lawu. Jarak total
dari loket masuk hingga ke puncak Lawu yang terletak di Hargo Dumilah saja sejauh
±16 km. Jarak ini 2X lipat lebih jauh jika dibandingkan melakukan pendakian
melalui Cemoro Sewu, serta 4 km lebih jauh jika kita melewati jalur Cemoro Kandang.
Sekitar pukul 4 sore,
saya dan 2 orang rekan lainnya berangkat dari basecamp menuju loket masuk untuk melakukan pendaftaran. Setelah
menuliskan data pendaki dan membayar tiket sebesar Rp 15.000 per orang ( update
bulan April 2017 ), kami mulai melangkahkan kaki melewati jalan setapak kecil
yang searah dengan jalan masuk menuju kawasan wisata Candi Kethek, Puri Taman Saraswati dan Air Terjun Serendeng.
Ya, itulah keuntungan jika
kita mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho. Banyak objek wisata yang bisa kita
sambangi saat akan mendaki atau ketika perjalanan turun. Sebelum sampai di
kawasan Candi Cetho, di kawasan Kemuning bagian bawah, terdapat beberapa Pokdarwis
(Kelompok Sadar Wisata) yang menawarkan berbagai macam paket wisata alam
seperti river tubing dan
flying fox. Sementara di kawasan Kemuning bagian atas, mata kita
akan dibuat takjub dengan luas dan hijaunya hamparan kebun teh yang siap di
petik pucuk daunnya oleh para pemanen.
Puas menikmati
pemandangan kebun teh, kemudian kita akan dibuat kagum dengan kegagahan Candi
Cetho yang terletak disamping loket pendakian Gunung Lawu. Selanjutnya seperti
yang saya tuliskan tadi, kita akan melalui jalan yang sama dengan jalan masuk
menuju Candi Kethek, Puri Taman Saraswati dan Air Terjun Serendeng.
Dari loket hingga pos
1, kami tempuh dengan menaiki elang indosair berjalan kaki dan memakan
waktu ±1 jam. Setelah beristirahat sebentar, saya dan rombongan melanjutkan perjalan
dari pos 1 pukul 17.00 dan sampai di pos 2 pukul 18.30, untuk beristirahat serta
sholat. Niat awal, setelah sholat akan langsung melanjutkan perjalanan agar
efisien waktu. Namun sayang, cuaca di daerah Gunung Lawu saat itu memang sulit
diprediksi. Hujan mulai turun. Tetesan air yang diawali dengan gerimis manis
itu mulai datang dengan volume air yang lebih besar dan menghentikan langkah
kami di pos 2.
“Rapopo, tunggu sik. Paling sedelok,” begitu ucapan dari
salah satu teman yang sudah memiliki jam mendaki jauh lebih tinggi dibandingkan
saya yang masih amatiran ini.
***
Aroma luwak
wait kopi yang aman nggak bikin perih di lambung dan rebusan Indomie hangat
di nesting mulai tercium dari rombongan pendaki yang lebih dulu sampai di pos 2
sebelum kami. Mungkin perut mereka mulai keroncongan karena cuaca gunung yang
cukup dingin di tambah dengan hujan yang tak kunjung reda.
“Jam 8 udan e ra terang, balek mudun wae. Mulih omah, penak”
“Hahaha,” Candaan pendaki dari Semarang itupun diakhiri dengan gelak tawa
orang – orang yang berteduh di pos 2.
Hingga akhirnya hujan
mulai reda saat jam di smartphone ku
menunjukan pukul 20.30. Saya dan rombongan memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan. Tubuh yang menggendong carier
dan ditutupi mantol untuk mengindari tetesan gerimis inipun mulai menerobos
gelapnya malam dengan senter kecil di tangan. Tak semulus dan seringan jalur
dari loket hingga pos 2, jalan menuju pos 3 lumayan berat bagi saya. Tanah yang
licin ditambah dengan sudut kemiringan hampir 80 derajat serta jarang sekali
dijumpai trek landai (malah tidak ada sepertinya), membuat kami kualahan dan
beberapa kali memutuskan untuk banyak beristirahat karena kelelahan.
Dengan sisa – sisa
tenaga yang ada, kami pun sampai di pos 3 pukul 22.35 malam. Sembari membuat
tenda untuk bermalam, kami mulai mengeluarkan logistik andalan para pendaki.
Indomie dan kopi. Hangatnya rebusan mie dan kopi malam itu menjadi hidangan
penutup sebelum akhirnya kami bertiga terlelap tidur di tenda dum yang kami
dirikan.
***
Pukul 04.00 pagi bunyi
alarm smartphone membangunkan saya
dan teman - teman.
Setelah bangun dan packing ulang, kami melanjutkan
pendakian. Hawa dingin dan tetesan air sisa hujan semalam membersamai langkah
kami menuju pos 4. Alkhamdulillah, medan jalan tidak sesulit seperti di pos 2
menuju pos 3. Disela – sela perjalanan, kami sempatkan beristirahat sembari
minum untuk melepas dahaga serta melakukan kewajiban sebagai seorang hamba
Tuhan.
Baca Juga : Blusukan ke Gunung Kepuh - Karanganyar
Baca Juga : Blusukan ke Gunung Kepuh - Karanganyar
Pukul 06.00 pagi
rombongan berhasil melewati pos 4 yang terletak tidak jauh dari tempat
istirahat yang kami gunakan untuk sholat. Warna – warni tenda dum serta
keramahan para pendaki di pos 4 menjadi obat yang cukup mujarab ketika lelah
mulai menghampiri. Tak cukup sampai di situ, kolaborasi kepakan sayap dengan
nyanyian merdu jalak lawu juga akan menjadi lagu terindah selama perjalanan.
Sejenak, lupakan headset dan playlist dangdut pantura di mp3 playermu.
Dengarkan dan nikmati simfoni alam yang Tuhan suguhkan. Adeeeem…
Tanjakan curam dan
beberapa tikungan tajam telah dilalui. Setelah ±2 jam perjalanan,
kami sampai di hamparan tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan hijau dengan
tinggi tak lebih dari 20 cm. Bukan. Bukan sabana ini tujuan utama kami. Bulak Peperangan
masih beberapa ratus meter lagi. Dengan tenaga yang tersisa setelah melakukan ±8
jam perjalanan, sampailah kami di pos 5. And
this is it Bulak Peperangan, sabana Gunung Lawu di jalur pendakian via
Candhi Cetho.
***
Ringkasan Perjalanan :
Basecamp – Pos 1 : 1
Jam
Pos 1 – Pos 2 : 1,5
Jam
Pos 2 – Pos 3 : 2 Jam
Pos 3 – Pos 4 : 1,5
Jam
Pos 4 – Pos 5 : 2 Jam
Data diatas hanya
perkiraan dari hasil perjalanan yang saya lakukan beberapa waktu lalu. Lama
waktu pendakian tentu bisa berbeda karena beberapa alasan, seperti stamina
masing-masing pendaki dan faktor cuaca.
***
Tambahan nggak penting
: Pendakian ini nggak sampai puncak Hargo Dumilah ya wahai saudara.
Tujuan utama kami waktu itu memang cuma sampai di Bulak Peperangan. Oiya,
perhatikan juga kondisi cuaca kalau mau mendaki. Pas perjalanan turun kemarin,
kita terjebak hujan ( lagi ) dan hampir nyasar gegara udah malem plus hujan
deras. Pas nyampai rumah juga kaget, dapet kabar kalau hari itu juga ada
tragedi sambaran petir di Gunung Prau – Wonosobo. Intinya keep safety aja guys!
Sekian dan Salam Olahraga!
Sumber Foto : Dokumentasi Bersama
Kehujanan lagi pas perjalanan turun :(
55 comments
pengen naik elang indosiar. elang? bukan ikan terbang indosiar? :D
BalasHapusyang di drama drama kolosal itu kan populer e elang nun hehe
HapusFotonyaa ciamikk mas jd bikin aku kangen mendaki gunung #soksokan #padahalgakkuat wkwkwk terakhir cuma ke ranu kumbolo itupun udah lelah pake bangeettt hehehe next trip ke gunung apa mas?
BalasHapusayo naik gunung lagi mbak, biar otak makin adem hehe
HapusNgeri dah, sampai ranu kumbolo :)
Belum tau, sini mah cuma berangkat kalau ada yg ngajak naik doang, tapi pengen ke merbabu sih XD
Wuh mantap mas lawu. Sepertinya suka sekali dg lawu ya? Entah gunung atau lerengnya yg banyak tmpt2 wisata hehe.
BalasHapusAku cuma pernah sekali naik gunung prau itupun pake drama kaki kram :3
Fix gunung bukan tempat idola saya XD
Gegara deket kost aja sih mas, makane sering mainnya ke lawu hehe
HapusSapa tau digunung lain lebih berkesan mas jo :) dicoba lagi naik naik ke gunungnya :D
Mantap pandangannya mas. Mirip kayak di pilem udah! Kasih adegan-adegan romantis jadi dah tuh :D
BalasHapusIni mau syuting 5cm, tapi gagal gegara cuma 3 orang :D
Hapusgunung lawu menantang juga yah, saya udah lama banget ini belum menggunung lagi, bisa makin jadi keong deh
BalasHapusSangat menantang mbak ev
HapusYah, nggak nggunung tapi travelling kan tetep jalan hehe.
Stamina hrs kuat bgt ya kalo mendaki gunung ini :D. Dulu mantanku pendaki gunung profesional :D. Dan aku liat latihannya memang ga main2.. Apalagi pas dia dan teamnya wanadri , mau menaklukkan 7 summits. Kalo aku sih emg ga bakal kuat mas :D. Jd palingan denger cerita ajalah dr teman2 pendaki gunung keseruannya :)
BalasHapusWah kalau kelasnya udah nakluk'in 7 summits, saya juga belum ada apa-apanya mbak hihi
Hapuscandi cetho .... wahhhhh pengen ke sana
BalasHapuseh ngeri juga mas apalagi ada kejadian itu
tapi seru seru bisa dicoba
Bolehlah ajak saya kalau mampir ke candi cetho, kemaren saya dan rombongan juga belum bisa mampir ke situ, gegara pas berangkat udah sore..ee pulangnya malem -___-
Hapuslumayan juga yah pendakiannya
BalasHapuslumayan...lumayan bikin cape' hehe
Hapuswaw, perjalanan yg melelahkan banget.. tapi denger nyanyian alam kayaknya lelah terbayarkan banget tuh, dan banyak lokasi yg instagramable banget kayaknya.. :D
BalasHapusIya mbak, ada sensasi tersendiri pas denger siulan jalak lawu :)
HapusYang cukup hits ya di bulak peperangan-nya ini. Banyak banget di repost sama akun-akun berbau gunung di IG
Pengen ih kapan kapan kesini. Gak Pernah naik gunung soalnya hehe
BalasHapusDicoba mas, asyik kok. Bikin nagih :D
HapusWah... Elang Indosiar ikutan nongol tuh mas.
BalasHapusHehe, belum semua itu. Masih ada naga sama ikan yang ngga kalah hits di dunia perfilm'an :D
Hapuskeren alamnya ya, dan itu foto burung ada di ranting pohon mantap
BalasHapusIya mbak, bikin adem mata :)
Hapustiap kali mendaki gunung lawu....dulu...
BalasHapusdipos 5 memang ada sabana yang diberi judul Bulak Peperangan, dan tiap kali berada disitu bayangan saya dulu tempat tersebut adalah sebuah tempat pertempurannya para raksasa penghuni gunung Lawu...iya gituh ya?
kalau menurut cerita yg saya dengar bukan buat pertempuran raksasa mang, tapi utk pertempuran kerajaan Majapahit pimpinan Brawijaya V dengan kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah.
HapusGile ya, perangnya ko mblusuk2 kedalem gitu ya, ngapa ga perang di pinggiran jalan utama aja ya? Hehe
Hapustakut di tabrak angkot mungkin bang XD makanya cari tempat di atas gunung
HapusMas wisnutri ternyata petualang sejati yang suka mendaki gunung ya. Salam kenal dari blogger pati kawan :-)
BalasHapuswahaha, mboten mas
Hapusbaru naik andong sama lawu doang, salam dari orang purworejo yang masih merantau di solo :)
Mas, apa kamu diendorse luwak white kopi? Wkwkw
BalasHapusPerjalanannya penuh cerita. Kehujanan pas kaya gitu keadaannya
Engga mbak, belum ada yg endorse saya ini hihi XD
HapusPetualangan yang seruu ...
BalasHapusJadi ingin dulu waktu masih SMA, suka ikutan pendakian
udah muncak kemana aja mbak?
HapusSaya jaman sma cuma sekolah pulang - sekolah pulang hehe
Masih termasuk murah ya, cuma 15 ribu. Beberapa gunung yang rame udah sampe 30 ribu lebih. Haha. :|
BalasHapusBelum tertarik lagi untuk naik gunung. Soalnya takut ketagihan. Wahaha. Temenku ada tuh, yang sebulan sekali naik gunung mulu. Apalagi kalo dapet libur long weekend. Beh, sampe betah nge-camp di sana. :D
Jarak dari satu pos ke pos satunya masih terbilang deket, ya. Nggak lebih dari 3 jam. Ehe.
Bener emang, bikin nagih bang XD
Hapussaya yang awalnya ngga terlalu seneng muncak aja, jadi sering merindu dg ketinggian *halah*
Nggak sampai 3 jam, tapi bikin kaki ini pegel-pegel ngga karuan haha
Setuju dengan tetap memperhatikan keselamatan. Pemandangan alamnya bikin adem, ya :)
BalasHapus:)
Hapussesuatu berwarna ijo selalu bikin mata dan pikiran adem mbak. fresh!
ANJAY! KANGEN NAIK GUNUNG!!!! AAAAAAAAKKKKKKK. KU BALAS YA POSTINGANMU DENGAN NAIK GUNUNGKU. WAKAKAKAKAK.
BalasHapussiap kakak! SIIAAAAAAP!
Hapus*kemudian bw
Kenapa tagline iklan oppa lee min ho dicoret *salah fokus ^_^
BalasHapusFotonya ijo bangeeet.. keren. Jadi rindu mau hiking lagi. Tapi masih kuat ga yaa?
belum di endorse sih mbak, jadi tak coret dulu wkwk
Hapusdicoba, sapa tau masih sekuat jaman dulu :)
pengen naik gunung, tapi sibuk kerja sekarang hehe
BalasHapus, keren-keren fotonya kak :D
comment back di Y U K G A S dot id ya :D
pas longweekend kan bisa mbak hehe
Hapuskalau nggak ambil cuti, terus cus muncak :D
Kehujanan pas lagi di pendakian gak enak banget, ya. Rasanya perjalanan jadi lebih berat dan menantang apalagi kalo treknya tanah merah terus turunan, mantap.
BalasHapusNaik gunung gak sampai puncak tuh rasanya kayak perjalanan yang gak tuntas, haha.. tapi setelah beberapa kali naik gunung gak sampai puncak jadi punya pandangan baru, bahwa puncak bukan satu-satunya tujuan naik gunung, tapi proses pendakiannya, waktu bersama teman-temannya. Dan unung Lawu ini kayaknya kalo gak sampai puncak juga gak apa, pemandangan sepanjang jalur pendakian juga udah syahdu, ya
Eh, orang Purworejo, ya, Mas? Di mananya? Siapa tau bisa main-main nih, kalo pulang kampung :D
iya mbak, ada dingin-dinginnya gitu kalau pas ujan *halah ^^
BalasHapusya karena tujuan awal rombongan ngga sampai puncak, saya ngga begitu kecewa sih mbak hehe. masih ada lain waktu buat muncak lagi, semoga :)
saya kecamatan loano mbak
Oh, loano, kalo saya di banyuurip :D
Hapusweei, salam kenal wahai saudara satu kota :D
Hapusperjalanannya ckup melelahkan juga
BalasHapuskeren mas. suka foto-foto dan alamnya yang masih hijau. hem... jadi pengen bisa naik gunung lagi
BalasHapusKemarin aku galau mau pilih gunung lawu atau merapi.
BalasHapusTapi setelah baca ini kayaknya aku jatuh cintanya sama gunung Lawu deh.
Hamparan hijaunya ituloh bikin mata melek :)
udah mau muncak lagi bang?
Hapuskaya e beberapa minggu lalu baru dari merbabu, sekarang udah mau ke merapi / lawu aja :D
asik banget sambil naik, bs mampir nyambangi wisata yah, dr dulu pengen ke Lawu, ga jadi2..Mungkin bs jadi tar debay kl udah lahiran diajakin naik, wkwk, insyaallah
BalasHapuswehehe, siap mbak! biar debay-nya keluar dulu, habis itu langsung dah dibawa muncak ke lawu. biar kaya mama nyomie dari bali yg selalu bawa putra kesayangannya kalau pas naik gunung :)
Hapussyahdu bangeet
BalasHapusbtw, kenapa makannya musti di balik batu ? :D
Yakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^