Sepucuk Rindu tentang Jakarta dan Kereta
Jumat, November 24, 2017
Tedengar berlebihan mungkin. Entahlah. Nyatanya, setelah kurang
lebih satu tahun berlalu, saya memang sangat merindu dengan Jakarta.
***
Ya, satu tahun lalu.
Saya sempat diberikan sebuah kesempatan untuk datang ke ibukota, setelah kunjungan
terakhir saya pada tahun 2007 silam. Jakarta. Kota metropolitan terbesar di
Indonesia ini nyatanya baru tiga kali saya kunjungi. Itupun bukan karena untuk
liburan, melainkan menghadiri agenda formal. Dua kali acara keluarga dan satu
kali karena keperluan mencari kerja.
Saya paham memang,
bepergian jauh dari rumah, layaknya ke Jakarta, memang bukan sebuah rutinitas
wajib bagi saya. Agenda formal seperti acara keluarga inilah yang mungkin bisa
dijadikan alasan, agar saya dan keluarga bisa “keluar” dari kota asal.
Menyenangkan memang, bisa bertemu keluarga besar di perantauan. Namun disisi
lain, tentu kita mulai disibukkan dengan segala persiapan demi kelancaran acara
yang akan datang.
Dengan padatnya acara
dan sedikit waktu luang yang saya punya selama di Jakarta, memang tak banyak kegiatan
“senang – senang” yang bisa saya lakukan. Seabrek rencana jalan – jalan dan
berkeliling Jakarta yang pernah terplanning
rapi di pikiran, nyatanya hanya sekelumit saja yang terlaksana. Yaaa, sekedar
singgah ke Monas dan kawasan Kota Tua, contohnya.
Dua destinasi wisata
ini berhasil saya kunjungi di hari – hari terakhir selama berada di Jakarta.
Itupun bukan tanpa perjuangan. Saya dan sepupu yang berpura – pura menjadi tour guide dadakan, harus rela
berdesakkan dan adu cepat dengan ratusan penumpang saat menaiki kereta listrik,
dari stasiun satu ke stasiun lainnya.
“Lambat sedikit, kau akan tertinggal, Nu,” begitu ujarnya.
Benar memang, jika tak bergerak cepat dan kurang gesit, kita akan kalah dengan
penumpang lain yang memiliki tujuan sama. Masuk dan segera mencari tempat duduk
di KRL.
Kenang-kenangan dari Kota Tua |
Puluhan menit
berdesakan di dalam kereta listrik setidaknya terobati saat melihat gagahnya
tugu Monas dan beberapa bangunan khas berwarna putih peninggalan Belanda di
Kota Tua. “Tidak sia – sia”, batinku.
Tanpa pikir panjang, bermodalkan kamera smartphone
seadanya, kami mulai mengambil beberapa foto untuk dijadikan kenang –
kenangan sebelum kembali pulang ke kampung halaman.
Hah…
Jakarta, ingin rasanya
menemui-mu lagi. Mengulang 12 jam perjalanan dari Stasiun Solo Purwosari ke Stasiun
Pasar Senen. Bergaya ala traveller
dengan menggendong ransel dan berlari – lari menuju gerbong kereta api. Duduk
manis bersender jendela, sembari sesekali memejamkan mata. Bersua serta sedikit
basa – basi dengan orang baru yang duduk sebangku. Dan yang pasti, melengkapi
rencana jalan – jalanku yang belum sepenuhnya terealisasi.
Rindu menunggu kereta api di stasiun |
Hei, Jakarta, melakukan
perjalanan ke kotamu itu ternyata memang menimbulkan beragam kesan istimewa. Entah
saat berangkat, sesampainya disana, maupun ketika perjalanan pulang menuju
kampung halaman. Duduk manis diatas bangku kereta, menunggu jemputan saudara
dan melihat riweuhnya jalanan kota,
atau… sekedar berangkat dini hari demi menepati jadwal kereta pagi.
Sedikit Cerita tentang Kereta Api
Kereta api, atau
masyarat Jawa lebih mengenalnya dengan sebutan sepur, memang menjadi pilihan bagi saya dan keluarga ketika
bepergian jauh ke luar kota. Selain harga tiket yang terjangkau dan waktu
tempuhnya yang relatif lebih cepat, pelayanan moda transportasi darat inipun
semakin hari, semakin membaik.
Silakan buang jauh –
jauh stereotip tentang gerbong panas penuh sampah, karena kita tak akan pernah
menjumpai gambaran suasana seperti ini lagi di kereta api. Barisan gerbong yang dahulu sering terlihat penuh – sesak, sekarang
sudah berubah menjadi sebuah ruangan yang nyaman bagi penumpang. Kenyamanan
seperti ini tentunya berlaku untuk semua kelas, tak terkecuali kereta api kelas
ekonomi. Betah rasanya jika harus menempuh ±12 jam perjalanan dari Solo, demi mengobati
rindu dan jalan – jalan di Jakarta.
Tak cukup sampai
disini. Perkembangan teknologi
serta semakin cepatnya akses internet, juga mendorong semangat pihak manajemen Kereta
Api Indonesia untuk terus berinovasi. Salah satunya dengan menghadirkan layanan
berbau internet, seperti fitur pemesanan tiket secara online. Selain lebih cepat dan aman, para calon penumpang pun
dimudahkan dengan tidak harus antre atau datang langsung ke stasiun, saat
melakukan booking. Disisi lain, pihak
Kereta Api Indonesia (KAI) kini juga sudah bekerjasama dengan Traveloka, salah
satu perusahaan yang menyediakan layanan pemesanan tiket online, sebagai “Partner Resmi” dalam menunjang kemudahan proses
transaksi ini.
Proses Cepat, Tiket Mudah di Dapat
Mungkin itulah kalimat
yang tepat untuk menggambarkan mudahnya booking
tiket di Traveloka. Hanya dengan mengakses aplikasi atau website melalui gadget
yang kita punya, tiket kereta api bisa kita miliki.
Prosesnya pun mudah. Setelah
masuk di home page Traveloka, pilih
menu “Tiket Kereta Api”, isikan nama stasiun awal dan stasiun tujuan, serta
jangan lupa untuk menuliskan jadwal keberangkatan di tabel yang sudah
disediakan. Dalam hitungan detik, Traveloka akan menemukan beberapa alternatif
pilihan, lengkap dengan nama, kelas, serta harga tiket kereta.
Tampilan website Traveloka versi mobile. |
***
Hah…
Mengenang dan sedikit
bercerita tentang perjalanan di atas kereta menuju Jakarta memang tak ada
habisnya. Tak sabar rasanya, ingin segera kembali menikmati suasana kereta dan
atmosfer ibukota. Mungkin akhir bulan depan? Saat libur panjang menjelang
pergantian tahun baru, atau menunggu long
weekend selanjutnya di bulan yang berbeda? Ah, intinya saya harus segera
membayar rasa rindu terhadap Jakarta. Menikmati suasana kota dan berlibur ke
beberapa tempat yang pernah saya rencanakan sebelumnya.
Jakarta….tunggu aku di kotamu.
Jakarta….tunggu aku di kotamu.
49 comments
Jadi baru sempet main ke Monas dan Kota Tua aja, ya? Saya sendiri bingung, sih, kalau kelayapan di Jakarta. Rata-rata pada ke kafe atau mal, kan, anak-anak hitz-nya. XD
BalasHapusNanti berkabar aja, Mas Wis, kalau ke Jakarta lagi. Paling nggak, nanti saya coba sempatkan diri untuk berjumpa. Kopdar bloger gitu. Halah. Hahaha.
Kalau aku sih pengennya ke daerah Jakarta Utara, bang. Daerah pesisir kan, jadi kayaknya lumayan banyak destinasi disana, selain Ancol dan Dufan tentunya. *Tapi kalau di ajak ke Dufan juga nggak bakal nolak sih xD
HapusSiap... Tapi jangan di kafe yes? Sini bukan anak gawlz hits kekinian, yang suka nongkrong di kafe. Hehe
Jakarta, meski macetnya kayak apa, tetep aja ngangenin >.<
BalasHapusSetiap kota yang pernah saya kunjungi selalu punya aroma rindu untuk segera di datangi lagi mbak. Ya, macam Jakarta ini :)
HapusMonas dan Kota Tua memang destinasi turis yang paling umum dikunjungi. Padahal kalau mau jalan, dari Monas masih bisa jalan kaki ke Museum Nasional dan/atau ke Galeri Nasional (kalau pas ada pameran). Dari Kota Tua masih bisa jalan kaki (atau naik ojek) lewat Jembatan Kota Intan, ke Museum Maritim, terus ke Menara Syahbandar dan jalan-jalan di Pelabuhan Sunda Kelapa.
BalasHapusKalau cuma mau melihat perumahan dengan arsitektur dan tata kota jaman Belanda, bisa ke Menteng, jalan-jalan di sekitar taman-taman kota, dan bisa mampir ke beberapa museum. Kalau mau tahu tata kota era awal kemerdekaan yang banyak pohonnya, bisa keliling naik motor di sekitar Kebayoran Baru.
Masih banyak lho, yang bisa dikunjungi di Jakarta selain mal.
Waaa, kok banyak banget mbak. Kalau aku dulu planningnya ya cuma pengen ke daerah pesisir Jakarta, terutama ke kawasan hutan mangrove sama Pelabuhan Sunda Kelapa itu. Etaunya malah ada banyak pilihan gini, ya boleh lah buat referensi jadwal jalan-jalan besok kalau bisa ke Jakarta lagi.
HapusSalam kenal mas.
BalasHapusMonas dan Kota tua sering saya kunjungi, kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari rumah saya di Tebet, tapi untuk membuat artikel keren seperti ini saya malah belum pernah.
Sukses terus ya mas, semoga makin banyak tempat wisata yang terekspos dengan tulisan-tulisan mas Tri yang sangat hebat ini :)
Kapan-kapan kalau balik lagi ke Jakarta, jangan lupa mampir ya mas...
Salam kenal mas.
HapusWeh, deket banget berati mas sama rumah? Masalah mampir, Insyaallah mas.
Banyak banget ini yang nawari mampir kalau saya jadi ke Jakarta :D
Aamiin, terimakasih. Saya juga masih belajar kalau untuk menulis dengan gaya seperti ini
Selamat datang di jakarta mas wisnu
BalasHapusmemang sekarang kereta lebih nyaman dari transfortasi lainnya
semoga bisa balik lagi ke jakarta ya mas dan semog bisa berjumja juga untuk saling silaturrahmi sesama blogger.
Jujur, dari semua transportasi darat yang pernah saya coba, kereta memang jadi pilihan nomor wakhid buat saya. Nyaman - cepet - murah :D
HapusAamiin, semoga ada rejeki buat ke ibukota
baru kemaren beliin nyokap tiket kereta via traveloka
BalasHapusSaya belom tahu kapan ini. Rencana mah akhir tahun pengen jalan-jalan naek kereta, semoga jadi lah ya :D
Hapusmungkin ada yang tertinggal di jakarta ya mas...
BalasHapusmungkin juga tentang janji dan penantian
mungkin juga tentang cinta
mungkin juga tentang kereta selanjhutnya yang kita khawatirkan tidak tiba pada saatnya
Apa ya? Cuma pengen mengobati hasrat buat keliling ke tempat - tempat wisata di Jakarta aja sih mas. Rasanya 3X kesana, belum banyak yang berhasil saya kunjungi
Hapuskudu tinggal lebih lama kayaknya mas... tapi kadang kegiatan dan tugas lainnya yang membuat kita tidak bisa berlama-lama di suatu tempat. sama kayaknya... kadang kalau ke suatu daerah liputan atau observasi seni budaya di kalimantan, maunya agak lama, tapi kadang waktu yang mengharuskan kita kembali lagi kekandang untuk menyelesaikan tugas selanjutnya. mana jarak tempuh kalimantan yang lokasinya jauh-jauh lagi, membuat kebanyakan perjalanan lelah ditengah jalan.
HapusJakarta itu ngeselin... Tinggal 5 tahun di Jakarta, pengen cepet-cepet pindah keluar kota..
BalasHapusTapi Jakarta itu ngangenin.. Udah ke luar kota, eeeh kadang pgn main ke Jakrta...
Kota tua Jakarta selalu menarik untuk dikunjungi..
-Traveler Paruh Waktu
Kadang emang suka gitu, ngerasa bosen sama keadaan kota yang udah lama kita tinggali. Tapi nyatanya pas udah pergi meninggalkannya, yaaa rasanya pengen balik lagi kesana.
HapusWaktu itu, pertama kali ke Jakarta, keluar dari pintu kereta api.....rasanya pingin balik langsung masuk kereta api, trus pulang ke Malang.
BalasHapusYa gimana engga, udah kebiasaan sm cuaca Malang yg dingin dan sejuk, eh disergap cuaca panas, gerah, dan bikin bete pokoknya wkwkw.
Trus macetnya juga :) berasa gue mending jalan kaki lah daripada naik trans yang kecepatannya 5m/menit. Tapi tapii.....salah satu yg bikin kangen Jakarta itu, ya malah transportasinya xD well build lah dr segala tempat yg pernah saya kunjungi di Indonesia (halah).
Trus gaktau kenapa vibe 'persaingan' dalam artian positif (survive utk hidup) di Jakarta itu kuat menggebu, sama kayak Surabaya. Jadi ada perasaan, 'kalau mau ttp hidup, kudu bertahan gmnpun caranya!'.
Kalau baru turun dari kereta, kayak e belum terlalu terasa panas, Za.
HapusCoba kalau lumayan lama disana, apalagi diam diri di rumah...wuuu tambah gerah :D
Iya sih, daripada transjakarta, aku sendiri dulu kalau pergi-pergi mending milih pakai KRL. Lebih cepet, walaupun kadang sama-sama penuhnya.
Nah, nggak cuma persaingannya aja sih menurutku. Setidaknya kita bisa dapet kesempatan buat belajar ilmu yang lebih dalem lagi selama kerja / hidup di Jakarta. We know lah, ibaratnya pusat segala perkembangan di Indonesia (pendidikan, teknologi, dsb), sumbernya ada di Jakarta.
Aku malah gak suka Jakarta. Sebelum di Jakarta suamiku ditempatkan kerja di Jambi, padahal Jambi menurutku kurang asik karena kurang hiburan. Setelah di Jakarta, malah masih lebih enak dan nyaman di Jambi.
BalasHapusGak aku aja yang merasa seperti itu. Bahkan temanku merasa lebih betah di Sorong Papua daripada Jakarta. Papua lohhh..
Yang bikin kesyel dari Jakarta adalah udah kebanyakan manusia. Banyak kawasan kumuh, jalan sempit, got kotor, belom lagi ujan dikit banjir.
Berasa serba salah. Mau jelong2 naek mobil maceeett, naek sepeda motor capeeekk, mpe lokasi yang ada pinggang malah pegel2.. naek transportasi umum udah kayak ikan sarden kalengan, malah masih longgar sarden kalengnya. Kalo jalan kaki, harus berperang dengan panasnya matahari yang menyengat yang bercampur dengan polusi udara.
Aku yang tipe suka kluyuran, setelah di Jakarta mau kluyuran harus pikir panjang dulu. Mentok2nya ngemoll yang deket rumah. AC lagi AC lagiii.
Pengennya sih segera dimutasi geto. Yang penting bisa out dari kerasnya Jakarta.
Misalkan udah keturutan mutasi, yang aku kangenin adalah tetangga. Alhamdulillah dibalik kerasnya Jakarta, aku memiliki tetangga2 yang luar biasah care'nya.
Setiap orang punya pandangan dan kesan sendiri-sendiri sih mbak tentang Jakarta. Ya mungkin karena saya sendiri belum pernah di Jakarta lama, makanya masih penasaran dan pengen balik lagi kesana. Sekedar jalan-jalan dan keliling disekitaran Jakarta lah.
HapusAlhamdulillah, dibalik panas dan macetnya Jakarta ternyata bisa dapet tetangga yang luar biasa :)
Mungkin di kota tua tertinggal sebuah kenangan yang lambat laun menjadi tua pula
BalasHapuskangen jakarta juga, setelah setanguh setengah di sana dan setahun setengah meninggalkannya..
BalasHapuskemaren sha abis kereta apian juga ke semarang :D
Lumayan lama juga mbak satu setengah tahun.
HapusWeeeh, ngapain ke Semarang mbak? jalan-jalan? Kerja? Apa ke rumah saudara?
Aku uda 2 taun tinggal di Jakarta dan belom pernah naik kereta. Seketika aku merasa gagal sebagai naq rantaw :(
BalasHapusLah, asli mana memangnya? Kalau asli daerah Jawa dan kotanya bisa dilewati Kereta Api, itu bener-bener gagal sebagai naq rantaw. Setidaknya pas mudik kan bisa mencoba sekali naik kereta api. Tapi kalau asli dari luar Jawa, itu masih bisa ditolerir lah :D
HapusAku juga kemana-mana lebih milih naik kereta, apalagi kereta jarak jauh udah nyaman banget sekarang.
BalasHapusDan kalo duduk di kereta atau di stasiun pas lagi nunggu gitu, gak tau kenapa kadang terasa romantis, meski perginya sendiri. Tapi kalo disenderin sama orang di sebelahnya mah males deh, apalagi gak kenal -_-
Tos *TIM KERETA API GARIS KERAS*
HapusBukan cuma romantis, kadang ikut deg-deg'an juga. Mikirin nanti di dalem kereta bakal ketemu "orang baru" yang seperti apa? Bisa buat tempat sandaran pas tubuh ini kelelahan apa nggak *eh...
weeee.... saya jadi kangen juga neh, terakhir saya ke Jakarta, tahun 90-an saat masih kuliah, berarti dah lama banget kan...
BalasHapusaku juga dah lama gak ke jakarta
BalasHapustapi mending naek pesawat aja harganya gak jauh beda, hehe
awang2en kalau naik kereta
cuma jakarta hawanya lagi gak enak kayaknya mas (korban medsos, huhu)
Awang-awangen kenapa mas?
HapusAku belum pernah nyoba sih kalau pesawat, ya mungkin next time kalau ada rejeki. Hehehe
Kapan ya terakhir ke Jakarta, dah lama deh kyaknya.. Belum ada rencana sih, tapi pengen maen ke sana lagi. Belum pernah malah ke kota tua..he
BalasHapusDan belum pernah jg beli tiket lewt travelokas, next time boleh lah aku coba..
Ini mas Wisnu sepertinya masih bertapa. Belum terlihat wujud ceritanya yang baru :D
HapusTraveloka itu memang super, tak terbantahkan! Buat tiket-tiketan, harga, efisiensi dan efektifitasnya itu udah top markotop. masalah Keretanya pun juga oke banget
BalasHapusaku pun juga selalu ada alasan untuk balik ke Jakarta, wah kamu pake Traveloka juga toh.. lebih praktis ya buat pesan kereta.
BalasHapusKoh Deddy mah udah bolak-balik-bolak kalau ke Jakarta :D
HapusYes, gampang buat beli-beli tiket di jaman now yang serba praktis
Wah, kalau aku mah baru buat beli tiket kereta aja. Belum pernah naik pesawat masalahnya XD. Nah, salah satu poin pentingnya disitu, user interfacenya simpel dan gampang banget buat "di jelajahi" sama pelanggan.
BalasHapusAlhamdulillah dong, berkah temen baru dapet tumpangan gratis :)
aku lho belum pernah ke kota tua :p males banget soalnya ke jakarta panas, lebih suka melipir ke pegunungan hehe, sukses ya dengan Traveloka
BalasHapusAku belom pernah menginjakan kaki ke ibu kota malahan ig.. Wkwkwkw..
BalasHapusudah segede gini,
btw sukses ya mas Tri givewaynya :D
Beruntung mas sudah pernah ke Jakarta, jadi sudah ngerasain macet, tapi bikin kange.
BalasHapusSaya waktu ke Jakarta kemarin malah ngga sempet kemana mana kak. Murni cuma kerjaan doang. Seumur-umur liat monas aja secara langsung kagak pernah. Hehe. Btw traveloka top banget dah. Sampe sekarang saya sama keluarga selalu ngandelin traveloka kalau mau pesen tiket kemana mana. :)
BalasHapusTahun lalu, pernah tinggal 1 bulan di Jakarta, tapi tempat yang pernah dikunjungi cuman monas dan mall sarinah :D
BalasHapusKe monas sekitar jam 12 an, panas banget ditambah antrian yang panjang pas mau naik ke monasnya. Tapi semua lelah terbayarkan ketika sampai diatas puncak monas, anginnya sepoi-sepoi dan pemandangan kota Jakarta yang cukup indah :D
Aku ke jakarta baru sekali, dan berakhir dengan tidak tertarik atas kota tersebut.
BalasHapusJujur aja, sejak dulu aku g suka sama daerah dengan tingkat kemacetan parah ditambah iklim yang panas. Jadi pas ke Jakarta jadi inget Surabaya tapi lebih2 dari Surabaya.
Macetnya itu luar binasah, yang harusnya jarak berapa kilo hanya butuh berapa menit di jakarta bisa sampe berjam-jam, waktu habis di jalan. yang bikin gerah lagi, pas udah capek gara-gara macet, kita pingin mandi, eh airnya pliket, bukannya seger malah lengket terus pas keluar kamar mandi malah keringetan. Fix, enakan di desaku, aing g cocok sama hidup kota metropolitan
Terakhir saya mengunjungi KOTA TUA sekitar tahun 2010/ Saat ada kegiatan Workshp MGDS di JW Marriott. Ada field trip di Kota Tua dan mengunjungi Museum Bank Indonesia'
BalasHapusKeren kerennnnnnnnnnn
Aku malah belum pernah ke jakarja.
BalasHapusWah Di traveloka juga bisa pesen tiket kereta api juga, keren lah jadi bisa lebih mudah beli tiketnya :-)
kalau ke jakarta, coba main ke hutan Mangrove PIK, lumayan dari pada nge mall :D
BalasHapusLebih parah aku mas.. ke Jakarta pas Jaman piknikan SMP🙈 dulu pernah juga lamar2 kerjaan di Jakarta..tapi nggak ada panggilan..he..he.
BalasHapusAku udah males duluan bayangin crowdednya jakarta. Udah malas keluar zona nyaman di jogja yang adem ayem tentrem murah meriah..😀
Jakarta emang ngangenin ya udah lama nih ga kesana sejak jadi urang Cimahi hahaha
BalasHapusWah saya malah maunya keluar kota sejenak, meninggalkan hiruk pikuk kota Jakarta yang sudah semakin semrawut, hehehe... BTW semoga suatu hari nanti bisa berkunjung ke Jakarta lagi ya mas Wisnu, dan bisa mengobrol dengan teman sebangku di kereta, syukur-syukur bisa dapat wadon sing ayu, eh ujung-ujungnya malah jodoh, hehehe....
BalasHapusYakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^