Lawu from Different View
Kamis, Februari 22, 2018
Seperti biasa, kali
ini saya akan mengajak kalian, para pembaca blog wisnutri dot com, untuk blusukan ke salah satu bukit yang berada
di gugusan pegunungan Lawu Selatan. Bukit dengan ketinggian 2.194 meter di atas
permukaan laut ini, terletak di daerah Tawangmangu – Kabupaten Karanganyar. Tepatnya
masuk ke Desa Gondosuli, sebuah desa yang bersebelahan dengan Pos Pendakian
Gunung Lawu via Cemoro Kandang.
Bukit Mongkrang.
Itulah namanya. Bukit yang pernah saya datangi di pertengahan tahun 2017 lalu
ini, menjadi tujuan saya untuk menikmati liburan akhir pekan bersama teman –
teman. Bukan sekedar liburan hore – hore yak ‘e tentunya, karena untuk mencapai
puncaknya, kami harus rela menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 - 3 jam trekking, alias berjalan kaki.
M.L.A.M.P.A.H (**)
Setelah sarapan di Sunday Morning UNS, saya, Yari, Priyo,
dan Khoirul ‘Ucup’ berangkat dari Solo menuju ke kawasan Tawangmangu untuk
menyambangi rumah tour guide andalan,
Mas Wakhid Hanif Cilikx. Suasana pagi yang sedikit di bumbui dengan mendung
syahdu kala itu, membersamai laju sepeda motor kami saat menempuh perjalanan
melewati daerah Karanganyar kota, yang mulai ramai dengan kerumunan orang ber car free day.
Di persimpangan jalan,
2 sepeda motor berwarna hitam dan putih, yang masing – masing membawa 2 orang
penumpang tersebut, berbelok ke arah kanan dan memilih untuk melewati jalur
Matesih. Jalan lain yang sama – sama bisa menghantarkan kami menuju kawasan
Tawangmangu, selain jalan utama, yaitu Jalan Raya Solo – Tawangmangu. Jalan Matesih
ini bisa dibilang lebih “aman” dibandingkan Jalan Raya Solo – Tawangmangu,
karena minimnya tikungan serta kontur jalan yang cukup datar (tanjakan &
tikungan tidak sebanyak maupun se-ekstrim di Jalan Raya Solo – Tawangmangu). Selain
itu, jika kita ingin mampir dulu ke tempat wisata lain pun, bisa. Mungkin
Gunung Gamping bisa jadi pilihannya. Letaknya yang tidak jauh dari jalan utama
Karanganyar – Matesih, membuat Gunung Gamping tepat dijadikan sebagai alternatif
tujuan wisata bersama sahabat atau pun keluarga.
Setelah kurang lebih
90 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di sebuah rumah dengan dinding
ber-cat orange cerah yang dijadikan
sebagai pondok wisata (semacam tempat penginapan bagi wisatawan) oleh keluarga
Mas Wakhid, sekaligus basecamp
anak – anak KSR UNS saat main ke Tawangmangu tentunya, untuk beristirahat
dan mengumpulkan sedikit tenaga agar kuat mendaki Bukit Mongkrang.
Salah satu spot hits di Pondok Wisata Barokah
“Mlebu sik kene, ngaso – ngaso délok. Aku tak umbah – umbah sik.”
// “Masuk (rumah) dulu sini, istirahat sebentar. Saya mau nyuci baju dulu.”
Sapa sang tuan rumah
kepada kami berempat ketika turun dari sepeda motor, sembari melepas helm yang
masih menempel di kepala masing – masing.
Suguhan teh manis hangat
dan 2 toples berisi biskuit cokelat, menjadi pelepas dahaga sekaligus pengisi
tenaga yang pas di dinginnya suhu Tawangmangu. Tak berselang lama, setelah Mas
Wakhid selesai dengan urusan ‘umbah-umbahnya’, dan dirasa tenaga kami mulai
terisi kembali, berangkatlah kami berlima menuju Desa Gondosuli yang berada di
daerah perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur ini.
Alkhamdulillah, gumpalan
awan mendung yang terlihat menutupi kawasan Tawangmangu saat kami berangkat
tadi, berangsur mulai menghilang dan diganti dengan kolaborasi warna putih –
biru di atas Gunung Lawu. Hangatnya sengatan matahari pun mulai sedikit terasa di
kulit kami. Ya meskipun bisa dibilang ‘cukup hangat’, tapi percayalah, mengendarai
sepeda motor menuju Desa Gondosuli yang berada di kaki Gunung Lawu akan tetap terasa
dingin. Meskipun sudah mengenakan jaket tebal dan bersarung tangan. Brrrrr….
Baca Juga : Air Terjun Studio Alam, Grojogan Unyu di Gunung Lawu
Baca Juga : Air Terjun Studio Alam, Grojogan Unyu di Gunung Lawu
Jalan menanjak serta berkelok
yang kami lalui, akhirnya mengantarkan saya, Yari, Priyo, Ucup, dan Mas Wakhid di
Desa Gondosuli. Setelah membeli beberapa bungkus roti dan air mineral, serta
‘menitipkan’ sepeda motor di salah satu warung, kami berlima mulai melangkahkan
kaki menuju Bukit Mongkrang.
Trek tanah yang
sedikit becek serta barisan pohon stroberi di ladang milik warga, menjadi suguhan
utama, ketika kami mulai meninggalkan perkampungan dan memasuki kawasan hutan
yang sering dijadikan sebagai tempat DIKLAT oleh beberapa organisasi
kemahasiswaan kampus di sekitaran Solo dan Jogja. Mulai dari UNS, UMS, UGM,
UMY, dan masih banyak lagi. Masih ingat dengan kasus meninggalnya beberapa
mahasiswa baru dari salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja saat mengikuti
DIKLAT Mapala, beberapa bulan silam? Nah, di hutan inilah peristiwa tersebut
terjadi.
Sebuah
Tragedi…
Dari kawasan hutan
yang sering dijadikan sebagai tempat DIKLAT, kami melanjutkan perjalanan naik
ke Bukit Mongkrang. 20 menit pertama, masih aman. Saya masih bisa berjalan
dengan lancar jaya meskipun nafas mulai ngos-ngosan. Hingga akhirnya di menit –
menit berikutnya, mata saya mulai berkunang – kunang dan perut mulai tidak
bersahabat. Terasa mual dan ingin muntah.
“Istirahat dulu…”
Kataku sambil duduk di
atas batu besar dan mulai membuka botol minum berwarna hijau yang saya bawa. Sementara
itu, Priyo, Ucup, dan Mas Wakhid asyik mengunyah kue pukis yang sengaja dibawa
Yari dari rumahnya. 10 menit berlalu, setelah kondisi saya agak membaik, kami melanjutkan
perjalanan kembali.
Titik istirahat pertama
Namun sayang, Bukit
Mongkrang yang gundul, ditambah trek yang terus menanjak, membuat saya harus
kembali meminta teman – teman untuk beristirahat. Itupun baru berjalan beberapa
puluh meter dari tempat istirahat pertama tadi. Daaaan,
Hooooweeeek….
Benar saja, rasa mual
di perut tidak bisa saya tahan lagi. Tragedi muntah berdarah itu terjadi
di tengah perjalanan menuju Bukit Mongkrang. Kenapa ini? Padahal, saya rasa,
kondisi fisik saya saat itu cukup ‘oke’ untuk melakukan trekking kecil-kecilan
di Bukit Mongkrang. Malam hari sebelum trekking pun tidur cukup dan tidak begadang.
( ( ( DEG! ) ) )
Kemampuan analisis asal-asalan saya bekerja.
Kemampuan analisis asal-asalan saya bekerja.
Ya! Saya rasa ini
karena menu sarapan pagi yang saya makan, hanya satu bungkus jenang sum-sum seharga tiga ribuan. Ditambah
lagi dengan jalur trekking menuju puncak, yang awalnya saya kira hanya berjarak
beberapa meter saja dari titik penanaman pohon saat event 1000 Ecalyptus untuk Bukit Mongkrang,
ternyata masih cukup jauh dan harus melewati satu bukit lagi. Hah! Dasar
ceroboh! *batinku*
Saya (bertopi hitam) sesaat setelah terjadinya tragedi berdarah
Lanjut
dan Sampai Puncak…
Syukur - alkhamdulillah, setelah kejadian muntah
tadi, pusing dan mual yang saya rasakan mulai hilang. Sebagai pengganti isi
perut yang ‘keluar’, saya minum air mineral dan makan roti basah yang dibeli Yari
di warung, sekaligus tempat dimana kami menitipkan sepeda motor.
Hari yang mulai
beranjak siang dan panas, membuat kami bersegera untuk melanjutkan langkah menuju
puncak Bukit Mongkrang. Jalur trekking yang sudah lama tak terjamah oleh kaki –
kaki manusia, membuat kami berlima harus bersusah payah menerobos rumput serta
pohon yang tumbuh liar. Tak jarang, salah seorang di rombongan harus rela
terpleset jatuh, karena tingginya ilalang yang menutupi jalan dan pandangan.
Setelah melewati bukit pertama, hampir separuh jalur trekking akan seperti ini. Tertutup oleh rumput dan pohon yang tumbuh liar.
Kurang lebih 4 jam
trekking menuju Mongkrang telah kami lalui. Semua tetes keringat yang keluar, nafas
yang ngos-ngosan, lelah dan muntah yang saya rasakan, akhirnya terbayar.
Puncak Bukit Mongkrang yang dituju, kini ada di depan mata. Ribuan daun ilalang
yang mulai berubah warna menjadi cokelat – keemasan, seolah menyambut
kedatangan kami yang rindu akan sebuah ketenangan di ketinggian. Pun dengan gumpalan
awan putih tebal, yang bergerak malu-malu menuju Gunung Lawu. Mereka menjadi
saksi, bahwa kami, berhasil menaklukan bukit dengan tinggi 2.194 mdpl ini.
Baca Juga : Bulak Peperangan : Sabana Gunung Lawu di Jalur Pendakian Via Candi Cetho
Baca Juga : Bulak Peperangan : Sabana Gunung Lawu di Jalur Pendakian Via Candi Cetho
Lawu from Different View
Dibalik susahnya trek
yang harus dilewati oleh para pendaki, Bukit Mongkrang menawarkan view
pemandangan alam yang cukup menjanjikan. Kokohnya Gunung Lawu menjadi daya
tarik utama saat kita menginjakkan kaki di puncak Mongkrang. Selain itu,
gundukan – gundukan bukit berwarna hijau segar yang mengelilingi Lawu, menjadi ‘bonus’
lain yang dijamin mampu membuat mata kita betah untuk berlama – lama menikmatinya.
Kamu warga Solo dan sekitarnya? Berencana liburan ke Tawangmangu? Cobalah mencari sensasi lain dengan ber-trekking ria ke Bukit Mongkrang, dan rasakan eyegasm luar biasa ketika melihat view pemandangan dari puncaknya. Insyaallah enggak bikin kapok atau kecewa. Ketagihan malah…
Kamu warga Solo dan sekitarnya? Berencana liburan ke Tawangmangu? Cobalah mencari sensasi lain dengan ber-trekking ria ke Bukit Mongkrang, dan rasakan eyegasm luar biasa ketika melihat view pemandangan dari puncaknya. Insyaallah enggak bikin kapok atau kecewa. Ketagihan malah…
Gunung Lawu yang mulai tertutup kabut.
Tips jika ingin blusukan ke Bukit Mongkrang :
1. Usahakan datang saat
pagi hari, agar tidak kepanasan saat trekking menuju ke puncak. Ya tau ndiri
lah, Bukit Mongkrang masih lumayan gundul. Belum banyak pepohonan rindang.
2. Pakai kaos panjang dan
celana panjang. Selain melindungi lengan dan kaki kita dari panas matahari,
kaos dan celana panjang ini bisa meminimalisir “lecet, luka sayatan, dan perih” di
kulit yang biasa ditimbulkan dari gesekan rumput liar (seperti ilalang) di
sepanjang jalan menuju puncak Bukit Mongkrang.
3. Kalau mau pakai
banget, silakan bawa sabit atau alat potong lain, yang bisa digunakan untuk
memangkas rumput liar di sisi kanan-kiri jalan, agar memudahkan kita saat
berjalan menuju Bukit Mongkrang. Ya semacam “mbuka jalur” buat trekking
gitulah.
4. Tips terakhir, JANGAN
LUPA SARAPAN. Nggak usah dijelasin kenapa, kan?
42 comments
duh ada-ada aja kok aku jadi ikutan mual yak pas baca kang wisnu muntah wkwkwk
BalasHapusuntungnya ga terjadi apa2 dan bisa selesaikan misinya ini viewnya bagus banget :)
Wah, maap-maap teh kalau ternyata tulisan ini menimbulkan efek samping yang kurang mengenakkan. ^^. Iya, alkhamdulillah sampai puncaknya..
HapusTak sia-sia menguatkan tenaga melawan sakit, huhu
BalasHapusAlhamdulillah bisa sampai Bukit Mongkrang dengan pemandangan yang memesona :)
Aslinya itu pas habis muntah juga pengen berhenti mbak. Biar temen-temen aja yang jalan sampai puncaknya, saya cukup duduk menunggu dibawah. Tapi kok ya, sayang kalau nggak dilanjutin....Yaudah, pancal lagi jalan tipis-tipis sampai puncak
HapusAku bingung awalnya, jadi ini bukit mongrang itu salah satu trek ke gunung lawu atau bukan. Eh setelah baca sampai akhir, ternyata bukit mongkrang ini kita bisa lihat gunung lawu gitu ya.
BalasHapusMenariik abis. Trekkingnya juga menantang.
Aku kangen ke Gunung Lawu pun jadinya. Ahahaha~
Bukan mas. Ini cuma bukit disebelah selatan G0unung Lawu. Bukan jalur pendakian ke Lawu.
HapusBerarti ini sekitaran Tawangmangu ya? Keren ...
BalasHapuslho ini knp muntah2, Mas wisnu di hamili siapa nah? haha, becanda yah..
BalasHapustempatnya mirip di daerah saya nih, cuma bedanya tempat saya di jadiin tempang ngopi, viewnya mirip bgt.. kalau malam lampu2 rumah penduduk itu kayak lilin yg nyala.
Ini hermaprodit, mbak XD
HapusIni belum begitu terkenal sih, jadi masih alami buat trekking-trekking aja.
wah keren gunugnya mas, pemandangan sangat indah dan pengen rasanya kesana
BalasHapusAwan dan gunungnya dapet banget yaa
BalasHapusItu kendaraan warga yang di perkebunan strawberi? Keren ahhahahah.
BalasHapusKesannya enak buat ngecamp di sana mas :-D
Lumayan mas kalau buat ngecamp. Ini plan awal tadinya juga mau ngecamp, tapi berhubung cuaca belum begitu mendukung (hujan dan badai), jadi di cancel dan cuma treking aja
Hapusspot di pondok wisatanya cocok buay penilaian Adiwiyata
BalasHapusduh mulai deh....
kalp sarapan kurang genah memang sering refluks mas di lambung apalagi naik2 ke puncak gunung., untung bisa keluar (tapi ya adegan muntahnya gak diespos juga keli wkwkwk)
apik, sepintas mirip bukit teletubbies di bromo
aku suka kalo ada kabut tipisnya gitu
Halah, komennya malah tentang pondok wisata. Hahaha
HapusOke bingits bro tripnya, meskipun ada drama kesehatannya :)
BalasHapustak apa-apa lah melalui trek demi trek, akhirnya kan viewnya gak mengecewakan :)
Keren banget view nya..jadi kangen naik gunung..
BalasHapusfokus sama pemandanganya keren dah
BalasHapusGunung lawu sangat indah. Pemandangannya di tambah hamparan gunung yang menjulang tinggi ke angkasa. Jadi pengen rasanya menaklukannya
BalasHapusTrekking dan view pegunungannya keren.
BalasHapusWaaaah, kok keren view nya. 2-3 jam trekking? masi oke lah ya buat mamas-mamas berbadan subur gini. Beklah, noted bukit mongkrang. *smoga bkn wacana* :D
BalasHapusHahaha...insyaallah aman mas.
HapusMasuk list ah, aku suka bukit mongkrangnya, masih penuh ilalang, cakep buat foto2 hehe
BalasHapusBaik mbak...silakan mampir kalau pas main ke Solo, atau pas mau muncak ke Lawu. Deket kok.
HapusAnjis, segala muntah karena sarapan seadanya. Wqwqwq. Saya belum pernah kalau muntah saat menjelajahi alam gitu. Kalau di angkot baru deh lemah. :(
BalasHapusAsyik juga tempatnya nih. Bolehlah nanti coba main ke sini. Tinggi sekitar 2.000-an itu masih termasuk bukit, ya? Saya kira udah termasuk gunung. Haha. Gunung itu ada syarat ketinggiannya kagak, sih? :|
Anehnya, saya pernah main ke bukit yang 1.100, tapi namanya udah gunung. :( Cuma, orang-orang tetap menyebutnya bukit.
Kita buat lerkumpulan orang -orang lemah karena hal-hal sepele. *Lah...paansik*
HapusWeh, saya belum tau juga kalau masalah itu. Coba nanti tak browsing-browsing. Cuma ngikutin temen aja sih, karena dia nyebutnya bukit, yaudah saya juga begitu. Jadilah tak tulis Bukit Mongkrang.
Keren banget pemandangannya.
BalasHapusJadi kangen mendaki.
Duh mas, lain kali kalo mau ikut kegiatan outdoor gitu harus oke semua persiapannya, termasuk sarapannnya.
Wkwk...iya ini mas. Lha saya mikirnya nggak bakal seberat itu jalur trekkingnya, ternyata....
Hapuskira-kira kenapa ya mas, banyak meninggal disitu? rentan tersesat kah? ini jalur resmi bukan sih? aku ke lawu dulu cuma sekali. itu aja lewatnya cemoro sewu
BalasHapusMeninggal dimana mbak? Kalau dihutan buat tempat diklat, mungkin karena faktor kelelahan sih. Dan sepanjang yang saya tahu, diklat dari UKM yang berbau alam kan memang lumayan berat.
HapusIni bukan jalur ke Lawu, beda tempat.
kok bisa sampe muntah gitu yaa? Dulu pas ke Merapi juga saya muntah sebelum pasar bubrah, tapi memang karena kelaparan dan team kita belum siapin masakan
BalasHapusYamungkin karena kondisi perut kita yang masih kosong belum siap kalau diajak buat jalan jauh mas.
Hapus((Mungkin tapi lho))
xD
Kalo ke Tawangmangu itu sudah umum ya, Mas. Wah, boleh juga nih Bukit Mongkrang. Mantap, Mas Wisnu.
BalasHapusberat banget mas perjalanannya, tapi sepertinya sepadan sama pemandangannya
BalasHapusMas, itu nama temennya Khoirul kenapa jadi dipanggil ucup?
BalasHapusTemenku dipanggil ucup buat yang namanya Yusuf, hehe.
Waah... Asik banget pemandangannya, kabutnya juga, tapi treknya rapat gitu kalo aku udah pasti nyasar itu blusukan kemana-mana.
Itulah hebatnya dia, Wi. Nggak tau juga saya. Katanya sih karena temen temen jaman kuliahnya dulu seringnya manggil ucup, ya jadi malah lebih terkenal dipanggil ucup itu daripada nama aslinya.
HapusYang pasti hari Minggu, May XD
BalasHapusAku jarang sih kalau sarapan ke sunmor, jauh dari kost'an sih.
Wkwkwkw.. Selfienya mainstream banget mas Wis :D
BalasHapusHahahha..
btw viewnya Masya Allah.. keren,, keren,,
Bukit ini juga bagus loh kalo dilihat dari sisi gunung Lawu, dulu saat trekking ke Lawu, ada penduduk lokal yang pernah menunjukan bukit ini dari sisi gunung Lawu
BalasHapusBaru aku pulang dari Merbabu minggu lalu, Mas. Sayang, kena badai dan ujan gede, next aku tuliskan diary muncaknya deh..hehe
BalasHapusPemandangan alam di pegunungan gitu memang bikin kangen ya, Mas. Terlebih yang jaraknya jauh, setiap hari di perkotaan, akan sangat bagus sesekali bisa ke alam gini..
kerennn mas, bisa banget nih jdiadiin referensi sebelum hari muncak itu datang padaku wkkwk
BalasHapusKeren nih mas wisnu tulisannya, kalo mau naik gunung lawu atau bukit sekitarnya bisalah saya diajak hehe.
BalasHapusYakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^