Melewati Tanjakan Ekstrim Kebun Teh Kemuning dan Candi Cetho dengan Motor Matic ber-aki ‘Soak’
Jumat, Juli 13, 2018
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
“Nang Kemuning wae,
yo. Gelem ra?” // “(Pergi) ke Kemuning aja, yok. Mau nggak?”
Begitu kalimat yang keluar dari mulut saya, ketika ada teman satu
organisasi semasa sekolah dulu yang sengaja main ke Solo dan mampir ke kost’an
saya waktu itu. Tak langsung mengiyakan, dia malah membalas ajakan tersebut
dengan satu pertanyaan singkat, “Kemuning
ki opo?”
“Kebun teh”, jawab saya.
***
Setelah berganti celana panjang serta
mengenakan jaket tebal anti air – tahan angin, kami berdua berangkat menuju
Kebun Teh Kemuning yang berada di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar. Kurang lebih pukul 13.30 siang, perjalanan menuju ke
timur Kota Solo, dimulai. Vario putih dengan sedikit aksen warna merah – hitam yang
saya kemudikan, melaju melewati kawasan belakang kampus pusat UNS yang
berdekatan dengan Kebun Binatang Jurug dan Sungai Bengawan Solo. Kemudian menembus
keramaian pusat Kota Karanganyar, hingga akhirnya sampai di sebuah pertigaan
bergapura yang menjadi pintu masuk kawasan wisata Kebun Teh Kemuning, Candi
Cetho, dan Candi Sukuh, disisi kiri jalan.
Dari pertigaan ini, saya menyalakan lampu sein
ke kiri dan melewati jalan utama Karangpandan – Ngargoyoso.
“Kok ngebut, kenapa,
Nu?”
“Iya, biar ngadem di
Kemuningnya bisa lama.”
For your information bagi yang belum tau,
jadi perjalanan dari Solo hingga ke Kebun Teh Kemuning membutuhkan waktu tempuh
kurang lebih 1 hingga 1,5 jam. Berhubung kami berdua berangkat sudah siang
menuju sore hari, kalau nggak cepet – cepet, takut keburu gelap. Selain
mengurangi durasi ‘ngadem’ disana, takutnya nggak bisa nambah stok foto untuk
unggahan di Instagram.
D . E . M . I . A . P . A !!!
Oke, lanjut dan abaikan saja kalimat - kalimat di paragraf sebelumnya…
Layaknya jalanan di daerah pegunungan pada
umumnya, kondisi jalan menuju Kebun Teh Kemuning juga di dominasi dengan tanjakan
serta tikungan. Tanjakan serta tikungan ini masih terbilang aman, jika kita baru
berjalan beberapa kilo meter dari pertigaan bergapura hingga di daerah Kemuning
bagian bawah. Tanjakan serta tikungan ekstrim baru akan ditemui, jika kita melanjutkan
perjalanan menuju ke area Kebun Teh Kemuning yang lokasinya jauh lebih tinggi
dari area kebun teh sebelumnya.
Meskipun bukan pertama
kalinya melewati jalanan ini, tapi saya sering 'mbatin' dan was – was, takut
kalau motor yang saya kendarai nggak kuat nanjak. Serem ( ಠ◡ಠ )
Setelah mengalami pergulatan batin serta rasa was
– was yang cukup besar karena melewati tanjakan serta tikungan tajam, sampailah
kami berdua di area Kebun Teh Kemuning bagian atas. Lelahnya pergelangan tangan
saat menarik gas serta mimik komat – kamit mulut saat berdoa melewati jalan
ekstrim tadi, akhirnya terbayar lunas dengan hijaunya hamparan daun teh yang siap
menyambut datangnya senja di hari itu.
Baru beberapa menit istirahat dan turun dari sepeda
motor, kami berdua melanjutkan perjalanan menuju ke Candi Cetho. Sebuah candi
Hindu yang letaknya tidak jauh dari lokasi istirahat kami tadi. Sepeda motor
dengan kondisi aki yang soak itupun saya standarkan dua, dan mulai menyalakan
si Vario putih dengan kekuatan dan pijakan dari kaki kanan dengan cara kick starter, alias nyelah atau ngengkol,
istilah Jawanya.
Serupa dengan jalanan menuju Kebun Teh
Kemuning bagian atas, jalan menuju Candi Cetho juga tidak kalah ekstrimnya,
terutama dua tanjakan terakhir yang lumayan banyak mendapat predikat sebagai “TANJAKAN
TERCURAM” sepanjang menuju kawasan Candi Cetho.
BISMILLAHIRROKHMANIRROKHIM…
Ditemani doa serta kumpulan kabut yang mulai
turun terbawa angin, motor matic
dengan aki soak dan dua penumpangnya ini, alkhamdulillah selamat sampai di
kawasan Candi Cetho. Yaaa, meskipun si
motor agak ngos – ngosan juga, sih, he…
Setelah ‘mengistirahatkan’ sang motor untuk
sementara waktu (Ya, sementara waktu,
karena nanti akan dipakai lagi untuk menerjang medan yang sama saat perjalanan
pulang *kuat – kuat ya, kamu*—kemudian ngelus – ngelus body motor), kami
membeli tiket seharga Rp. 7000,- per orang, untuk masuk ke kawasan Candi Cetho. Berbeda dengan Candi Prambanan dan Candi Plaosan yang terletak di dataran rendah, Candi Cetho terletak di kaki Gunung Lawu yang berada di ketinggian 1.496 meter di atas permukaan laut.
“Mirip candi – candi di
Bali”,
begitu kata orang – orang saat mengunjungi Candi Cetho. Benar memang. Bangunan
candi yang ditemukan pada tahun 1842 ini memang memiliki kemiripan dengan
bangunan tempat ibadah di Pulau Dewata sana. Selain dijadikan sebagai obyek
wisata oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar – Jawa Tengah, hingga saat ini, Candi
Cetho juga masih digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu. Maka jangan
heran, jika saat berkunjung kesini, kita akan sering sekali menemukan wadah semacam
kendi dari tanah liat atau logam yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
sesaji ibadah.
Menurut wikipedia.org, saat ditemukan, kompleks Candi Cetho memiliki 14 tingkatan. Namun saat ini, pengunjung hanya bisa menjelajahi Candi Cetho hingga ke tingkatan ke-9, dikarenakan pemugaran candi hanya dilakukan sampai ke tingkatan ini saja.
Menurut wikipedia.org, saat ditemukan, kompleks Candi Cetho memiliki 14 tingkatan. Namun saat ini, pengunjung hanya bisa menjelajahi Candi Cetho hingga ke tingkatan ke-9, dikarenakan pemugaran candi hanya dilakukan sampai ke tingkatan ini saja.
Setelah puas menjelajah Candi Cetho, kami ‘turun’
kembali menuju ke kota asalnya Pak Jokowi —Solo.
Tapi bagi pengunjung yang berniat untuk piknik – piknik asik lagi, bisa banget
lho, karena disekitaran Candi Cetho terdapat beberapa obyek wisata lain yang
lokasinya SANGAT BERDEKATAN SEKALI. Ada air terjun Serendeng, Puri Taman Saraswati,
Candi Kethek, atau mau muncak ke Gunung Lawu via Candi Cetho juga bisa, karena di dekat pintu
masuk Candi Cetho, ±100 meter di sebelah utara, terdapat basecamp sekaligus loket pendaftaran untuk melakukan pendakian
menuju gunung yang menjadi batas antara Provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur ini.
49 comments
Bagus mas terutama CANDI CETHO yang saya eksplore soalnya di Bogor ga ada he he
BalasHapusAku malah salut sama motor-motor vespa. Pas ke sini banyak banget motor Vespa nanjak, kayaknya mesinnya emang bandel
BalasHapusyang lebih serem lagi kalo ada mobil nekat nanjak it serem bangettt, jangan sampe ada yang di belakangnya deh wkwkw
HapusWeh, saya malah belum pernah papasan mas, kalau ada Vespa kuat nanjak sampai ke kawasan Candi Cetho. Sangar tenan berati
HapusAku pas ke sana beberapa kali ketemu Vespa. Pas ke Sarangan juga malah di sana ada banyak ahhahaha
HapusMantap .. , area candi Cetho berdekatan dengan sejumlah lokasi wisata.
BalasHapusBisa sekaligus dieksplore nih.
Ternyata ada kebun teh cakep juga disana ya, kirain cuma di kawasan Puncak aja, hehehe. Untung aja motornya kuat nanjaknya ya, kalo gak kuat bahaya juga. Demi dapat stock foto yang oke, maka sebaiknya harus tiba di lokasi sebelum gelap, jadi gak sia-sia deh kesananya.
BalasHapusIni juga di puncak mas, Puncak Ngargoyoso - Karanganyar tapi, bukan Bogor. Hahaha. Iya alkhamdulillah, walaupun pas di tengah - tengah tanjakan juga rada ngos-ngosan, tapi sampai juga.
HapusWah kalo gitu kudu punya skill dan motor yang fit ya biar bisa naik. Haha
BalasHapusIya mas, dua hal penting ini adalah kunci utama biar kita bisa sampai ke kawasan Kemuning dan Candi Cetho
HapusSaya terakhir ke Candi Cetho belasan tahun yang lalu. Wah, pasti sekarang sudah lebih rapi dan keren! Saya malah tertarik dengan Candi Kethek yang tertulis di foto, soalnya belum pernah ke sana. Pernah ke sana nggak?
BalasHapusKalau Candi Kethek cuma lewat pas mau muncak ke Lawu, waktu itu. Kebetulan lewat di depannya persis. Bentuk candinya beda dari candi pada umumnya. Seperti gundukan tanah yang tertutup sama batu-batu biasa gitu.
HapusSaya setujuh sekali sama medan jalan yang aduhai mas :D
BalasHapusbeberapa tahun yang lalu saya juga pernah kesini, cuma karena waktu itu belum begitu suka foto-foto + waktu itu bawa hape butut jadi fotonya nggak jelas jadi ya biarkan saja .. hehehe.. next time kalau ada waktu luang pengen maen ke Kemuning lagi :D
Realisasikan mas. Mumpung sekarang udah punya alat buat foto-foto yang jauh lebih keren dan nggak 'butut' lagi :D
HapusMatic sampe atas jangan senang dulu. Turunnya itu yang minta ampun karena cuma ngandelin rem 😂😂
BalasHapusAku dulu cuma bonceng sih, itu aja rasanya pengen kejengkang kalo ga pegangan temen yg nyetir saking curamnya hahaha
Hooh mas, makane pas sampai atas dan udah parkir--itu motor tak elus-elus body-nya biar tetep kuat dan baqoh XD
HapusDeket kebun teh enak betul ada candi gitu. Kalau di Puncak, Bogor, Jawa Barat, mah adanya vila. Hahaha.
BalasHapusKalau udah nggak bisa distarter, asli itu malesin banget nyelahnya. Mending kalau 2-3 kali udah bisa. Saya jadi inget, waktu itu pernah dimintain tolong seseorang perempuan di suatu tempat. Konyolnya, ketika udah saya bantu selah belasan kali masih belum hidup juga itu motor. Saya kira itu karena saya lemah, ternyata emang motornya bermasalah. :(
Kalau disini sepertinya tidak ada sih, villa-villa begituan. Adanya di daerah Tawangmangu yang deket Grojogan Sewu--menjamur banyak banget.
HapusHahaha...
Lihat ke sana bapak, ada kamera. Lihat? Yak, selamat! Bapak masuk di acara "KENA DEH!"
mas aku agustus ke solo
BalasHapusajak ke sini dong buat nambahin koleksi candi-candi heuehu
*serius
naek matic itu ngeri2 gimana tapi masih jadi andelan
gatau ya apa karena aku gak bisa pake matic
tapi yng penting nyampe selamat alhamdulillah
Tanggal berapa mas, ke Solo nya. Misal saya tidak ada agenda pribadi, insyaallah tak anter :D
Hapuspas sekitar 17an insha allah
Hapusnyari kereta promo wkwkwk
okeee nanti aku DM di IG ya..
Ya Allah, tau medannya begitu kok ya nekat pakai motor dengan aki soak :P
BalasHapusTertarik buat ke Cetho. Itu ke sana siang-siang kok ya masih ada ala-ala kabut putih begitu mas :o
Lha adanya cuma motor itu mbak. Apa boleh buat lah XD
HapusItu sekitar jam setengah empat sore mbak, kebetulan ada kabut yang turun. Ngepasi banget :D
wah mantap nich perjalanan wisatanya, walaupun sedikit melelahkan namun keindahan candi cetho ini dapat membayar kelehannya
BalasHapusterbayarkan ya kegetirannya dg pemandangan indahnya
BalasHapusPerjuangan ya, Mas untuk sampai ke situ, yang penting itu pemandangannya kueren banget. Duh pengen deh main juga ke kebun teh, udah gitu ada candinya lagi itu. Wah seger pasti disana kalau pagi ya, Mas.
BalasHapusViewnya itu keren, Mas. Aku selalu gagal kalau mau ke kebun teh, ada aja. Pengen deh kapan-kapan ke kebun teh.
Alkhamdulillah, terbayar sama hijaunya daun teh dan gagahnya Candi Cetho pas sampai atas.
HapusAgustus insyaallah ke candi Cetho, pengen lihat langsung aslinya seperti apa
BalasHapusWeh, tanggal berapa mas? Itu yang rencana mau naik ke Lawu sekalian? Atau beda agenda lagi?
HapusSalam kenal mas. wah rekomen sekali, tempatnya sangat indah. Terima kasih telah berbagi fotonya keren.
BalasHapusKalau Saya malah belum pernah keluar dari Sumatra sob.
BalasHapusKalau motor matic naik tanjakan, sabar aja bro dan ikhlas apabila nggak kuat ckck, keren kebun tehnya hehe
BalasHapusMung aki motormu sing soak kan? Koe ora? Wkwkwk
BalasHapusDuuuh pengen main ke candi, racun bgt nih asli!
Biar dikira main ke bali, padahal mung neng candi cetho. Wkwkwk
Aku insyaallah, ora XD
HapusYa karena belum mampu buat terbang ke Bali, maka alternatifnya mending kesini. Yora? Hahaha
Dulu sempat naik pake motor supra, sampai parkiran wes bau-bau gimana gitu hahaha. Lha pas jalan pulang malah lebih was-was, takut mblandrang....
BalasHapusTapi emang hawane enak sih di Kemuning, sampai-sampai kadang kelihatan motor yang gak kelihatan pemiliknya. :)
Iya mas. Pas perjalanan turun juga nggak kalah bikin deg-degan. Memang kudu ati-ati banget pas lewat jalanan disekitaran Kemuning - Cetho ini
Hapuswah lokasinya diatas bukit iya, keren sih pemandangan kebun teh dan sekelilingnya, dan tempat candinya pun bagus. duh pasti dingin iya di atas situ.
BalasHapusSaya pernah ke candi Cetho, tapi blum sempat mampir ke Kebun Teh Kemuning, hanya lewat aja.
BalasHapusSaya suka udaranya sejuk dan segar dan viewnya juga keren.
Keren, kalo foto prewed disana kayaknya bagus
BalasHapusDulu waktu masih di Bandung pernah diajak main ke Kemuning. Aku gak nyangka ternyata view nya sebagus ini. Aku jadi nyesel karena gak ikut. Alasannya klise "ngebut thesis". andai bisa ku ulang lagi waktu. hiks hiks
BalasHapusBandung? Ini di Karanganyar - Solo mbak, bukan Bandung ('_'?)
HapusMas, pas jalan pulang turunan gitu aman, kan? Kasian motornya..
BalasHapusWah iya, candinya mirip di bali gitu. Mau ke sana juga ah, nanti, moga ada kesempatan.
Aman, Wi...
HapusTapi selang beberapa hari setelahnya, akinya bener-bener mati dan motor nggak mau nyala sama sekali xD
Walaupun motornya soak, ternyata hal itu ngga menghalangi mas Wisnu untuk menikmati pemandangan disana yah. Hehe. Jadi mas Wisnu udah punya banyak stok foto nih untuk Instagramnya?
BalasHapusAlkhamdulillah, sudah ada stok fotonya. Hehehe
HapusAku melu ngeri mbayangke tanjakan candi cetho hahaha. Kayaknya terjal banget ya, belum pernah ke sana sih. :O
BalasHapusPenginnya ke sana sekalian naik Lawu hihihi
Monggo dicoba sendiri mas, sekalian besok kalau ada rencana naik ke Lawu via Cetho. Jolali karo moco bismillah sik, ben kuat :D
Hapusaku punya kenangan di kebun teh kemuning ini
BalasHapusdulu pernah motoran pake mio merah generasi awal awal
dari UNS ke Kemuning, bersama pacar jaman mbiyen (ora jodo)
heuheuheu, untung kuat nanjak tuh mio
cuman belum pernah sampe ke candi nya...
mas, kalo bawa mobil manual gitu serem ga naik ke kemuning sama candi cetho?
BalasHapusYakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^