Pertama Kali Lewat Skybridge Stasiun Solo Balapan. Jauh Ternyata!
Jumat, September 21, 2018
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Solo Balapan sudah
berubah!
Nama stasiun yang
menjadi inspirasi dari lagu “Stasiun Balapan” ciptaan Mas Didi Kempot
ini memang terasa berbeda. Semakin terlihat rapi dan cantik. Berbeda dengan beberapa
tahun silam, saat saya pertama kalinya tiba dan menginjakkan kaki di stasiun
kereta api yang terletak di “Kota Serabi” ini. Banyak perombakan fisik yang
dilakukan oleh manajemen stasiun bersama PT. KAI, demi menciptakan sebuah
stasiun kereta api yang nyaman dan memberikan kemudahan mobilitas bagi
penumpang. Salah satu perombakan fisik yang sangat terlihat, adalah adanya
penambahan beberapa fasilitas penunjang, seperti skybridge yang berada disisi timur stasiun.
Skybridge Solo Balapan tampak dari luar.
Jembatan dengan panjang
653 meter ini menjadi proyek bersama yang dikerjakan oleh PT.
Kereta Api Indonesia dengan Kementerian Perhubungan, dan telah selesai dibangun
serta resmi beroperasi per Juni 2017 lalu. Sebagai sebuah bangunan yang menghubungkan
antara Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi, kehadiran skybridge tentu cukup memudahkan mobilitas
penumpang yang ingin melanjutkan perjalanannya dengan berganti moda
transportasi, baik dengan bus maupun kereta api. Tapi harus diingat, tak semua
orang bisa melewati skybridge ini.
Hanya penumpang yang telah memiliki tiket kereta api sajalah, yang diberikan
akses untuk menggunakan skybridge sebagai
“jalan pintas”, dari ataupun saat menuju ke Stasiun Solo Balapan dan
Terminal Tirtonadi.
Contoh mudahnya, jika ada
penumpang kereta api yang turun dari Stasiun Solo Balapan dan ingin menuju
Terminal Tirtonadi, maka ia boleh langsung melewati skybridge. Sementara, jika ada penumpang dari Terminal Tirtonadi
yang ingin berganti moda transportasi menggunakan kereta api, sang penumpang harus
sudah memiliki tiket kereta terlebih dahulu, baru boleh masuk dan lewat skybridge ini.
Selain menggunakan
sepeda motor yang aki-nya sempat ‘soak’ untuk pergi – pulang, dari Solo ke
Purworejo dan Purworejo ke Solo, saya juga termasuk sebagai salah satu pengguna
setia dari layanan kereta api Prameks (kereta lokal yang melayani rute
perjalanan Solo – Jogja – Kutoarjo). Nah,
belum lengkap rasanya, kalau ngaku – ngaku sebagai penumpang setia kereta Prameks,
tapi belum pernah mencoba merasakan bagaimana sensasi saat berjalan melewati
jembatan yang menjadi penghubung antara dua pusat transportasi massa di Kota
Solo ini.
Oke! I’ll try it, tomorrow…
Lah, sekarang dong, Sutisno! Kalau besok kapan nulis review
pengalamannya…
Oh, oke! I’ll try it, NOW!
Bagus, tapi Jauh!
Setelah turun dari
kereta, saya langsung berjalan menuju ke arah pintu keluar stasiun. Di sebelah
timur pintu keluar Stasiun Solo Balapan inilah, terdapat sebuah gate yang menjadi pintu utama untuk melewati
skybridge Stasiun Solo Balapan. Dari
pintu utama, kita akan langsung bertemu dengan beberapa puluh anak tangga. Bagi
kamu yang malas berjalan naik melewati tangga, tersedia juga fasilitas
pendukung berupa eskalator. Namun sayang, pas saya kesini eskalator tidak
berfungsi.
Jalan kaki, karena eskalator tidak berfungsi.
Sesampainya di lantai
atas, bangunan dengan dominasi warna putih abu – abu serta berdinding kaca,
telah siap menyambut langkah kaki dari para penumpang yang ingin melanjutkan
perjalanan menuju Terminal Tirtonadi. Perlahan, kaki mulai saya langkahkan
untuk berjalan menyusuri skybridge
dan menikmati view Stasiun Solo
Balapan dari ketinggian. Rangkaian si ular besi dan beberapa gedung tinggi yang
kontras dengan padatnya pemukiman di Kota Solo, juga bisa terlihat dari sini.
Di ujung jalan skybridge yang masih termasuk ke kawasan Stasiun Solo
Balapan, terdapat sebuah mesin besar berbentuk kotak yang berfungsi untuk
mengetahui jadwal kereta. Sementara untuk pemesanan tiket kereta api,
sepertinya hanya dilayani di dalam Terminal Tirtonadi saja.
Keberadaan mesin besar
ini, secara tidak langsung, juga menjadi pembatas antara bangunan skybridge yang masuk ke wilayah Stasiun
Solo Balapan dengan skybridge yang
masuk ke kawasan Terminal Tirtonadi. Kedua bangunan yang saling terhubung ini
ditandai dengan perubahan warna serta desain interiornya. Di dominasi warna biru tua dan terlihat lebih gelap. Itulah gambaran
fisik dari skybridge yang menuju ke arah
Terminal Tirtonadi.
Jarak
yang harus saya tempuh agar bisa sampai dan benar – benar masuk ke kawasan
Terminal Tirtonadi, yaitu kurang lebih 438 meter. Weh, jauhnya…Meskipun jarak ini jauh lebih pendek daripada jarak
antara basecamp dengan puncak Gunung Andong, tapi nyatanya, 438 meter di skybridge
sukses membuat saya nggresulo.
Halah, manja!
Bukan apa-apa, sih, sebenernya. Selain jarak yang lumayan panjang, kondisi skybridge yang sepi, juga menjadi faktor penyebab lain, kenapa saat berjalan menyebrangi skybridge Solo Balapan – Terminal Tirtonadi terasa lebih jauh dan melelahkan. Apalagi kalau jalan sendirian,seperti saya yang jomblo ini.
Berasa lama banget nemu pintu keluarnya.
Halah, manja!
Bukan apa-apa, sih, sebenernya. Selain jarak yang lumayan panjang, kondisi skybridge yang sepi, juga menjadi faktor penyebab lain, kenapa saat berjalan menyebrangi skybridge Solo Balapan – Terminal Tirtonadi terasa lebih jauh dan melelahkan. Apalagi kalau jalan sendirian,
Nah, khususon buat kamu yang nggak hobi jalan jauh, sepertinya naik ojek online, becak, atau transportasi lain, bisa
menjadi alternatif pilihan, jika ingin transit dan beralih moda transportasi
dari bus ke kereta api, ataupun sebaliknya. Tapi jika kalian ingin sehat dan
berhemat, mencoba skybridge Solo
Balapan – Terminal Tirtonadi, juga tidak ada salahnya. Selamat mencoba!
38 comments
Musti siapin betis dalam kondisi prima untuk melewati skybridge ini ya mas, semangaaat. hehehehe
BalasHapusNah! Apalagi kalau memang nggak suka jalan jauh. Lumayan bikin keringetan.
Hapuswa ini tulisan yang aku tunggu
BalasHapusmayan yha hampir setengah kilo
kucuma bisa melihat nanar dari bawah
dulu diajak temen naik tapi kok aras2en
ternyata benar, membuat ngos-ngosan
Mana sepi banget. Semakin sempurna lah itu bikin ngos-ngosan.
HapusBRT? BST paling mas? Aku malah nggak update masalah begituan *maklum, bukan pengguna bisa, sih*. Setauku yang bisa masuk terminal itu cuma bis-bis jarak jauh.
eh mas tambahan BRT udah masuk terminal belum ya?
BalasHapus#penasaran
ucet deh mayan bikin betis kondean tapi kalau ku disana ogah ah lewat sini kok serem sepi begitu kang hahaha..tapi ini keren banget yah apik sayang aja kalau ga ada yang gunain
BalasHapusMungkin karena jaraknya yang lumayan jauh juga, mbak, jadi jarang yang lewat sini. Waktu saya lewat aja cuma ada beberapa orang.
HapusYes, kulo sampun pernah melewati jembatan ini 😁👍.
BalasHapusAwalnya kami ke Solo pengin nyobain naik kereta Pramex dan sesampai di stasiun Balapan kami sekeluarga ngga nyadar ada jembatan penghubung di area stasiun Balapan.
Nyadarnya pas mau balik ke arah stasiun Balapan setelah berada di terminal Tirtonadi.
Tanya2 ke sopir bis naik angkutan jalur berapa ke arah stasiun Balapan, eh malah dikasi tunjuk nglewati jembatan penghubung ini saja ...
Kagum dengan ide pembuatannya.
Juga kerapiannya.
Kedisikan wong Magelang iki, aku. Hehehe...
HapusIya mas, yang saya apresiasi dari skybridge ini juga dari sisi kebersihannya. Cakep!
lebih dari setengah kilo naik turun, mantap itu. cuma kalau sendiri lewat situ pasti degdegan. harusnya suasanannya dibikin ceria dengan gambar dan warna warni
BalasHapusSaya pernah lihat beberapa alternatif desain dari skybridge ini. Ada satu desain yang bentuknya bagus dan warnanya juga lebih terang (warna-warni) daripada desain yang sudah jadi ini. Tapi nggak tau, kenapa malah nggak di ACC
HapusLah memang benar-benar panjang tu. Kalau tidak terbiasa jalan kaki bisa gempor. Tapi dimana-mana sepertinya sama tu, disini, jakarta juga panjang dan jauh belum naik tangganya itu lo. Aduh benar-benar harus terbiasa.
BalasHapusTapi rame ya, mas, kalau yang di Jakarta?
Hapusgue baru tau kalo ada sebutan kereta parameks malah. norak banget yak.
BalasHapustapi seumur-umur gue belom pernah jalan'' mengelilingi kota solo sih. cuman numpang lewat doang pasti. entah ngelewatin buat ke jogja ataupun ke ponorogo. baru tau ada yg beginian. malah gue kira lagu didi kempot itu emang inspirasi dari stasiun lain. eh ternyata beneran ada.
*abis ini di omelin sama wisnu
klo gue emang hobi jalan gitu sih, kayaknya bakalan baik'' aja buat jalan kayak gitu. apalagi sepi, kayaknya tambah enak. klo pun ga adaa yg nemenin, tapi Allah akan selalu ada kok.
*kenapa jdi bijak gini gue nulisnya. fak
Mungkin Prameks nggak begitu populer buat orang-orang diluar Solo-Jogja-dan Purworejo :(
HapusSebvvuah petuah bijak dari anak pesantren. Terimakasih pak ustadz *salim*
Uda kayak mau jalan ke skybrigdgenya pesawat nuuuu, huadooooh pol, gempor, tapi untunglah ada eskalator akupun pasti nggersulo muehehe
BalasHapusTp ini alternatif buat akses liwat yg aman ya, ga ketemu yg aneh2 tur bersih lagi
Nah sebage pengguna prameks sejati, uda pernah review blom prameks sekarang kek gimana? Adekku klo ke uns sering naik ini juga nih
Biyen takkiroin prameks kui prambanan meksiko eeee ternyata dudu duuuh
Heemh, mbak. Sayang e pas aku nyoba lewat sini, eskalator e pas mati.
HapusBelum. Kayane juga biasa-biasa wae to? Masih sama kayak yg dulu.
Iya, temen-temen dari Kebumen juga lumayan banyak yang pakai Prameks. Turun Kutoarjo, terus lanjut naik bus biasane.
Aku baru lewat di bawahnya skybridge. Eh bawah apa samping sih itu? hehe pas jembatannya belum dioperasikan. Pernah semacam berangan-angan pingin nyobain kaya gimana rasanya. Jebul jauuhh to? Lha gimana itu kalau sambil menenteng bawaan yang berat? heuheu
BalasHapusEh mas, itu dibuka 24 jam kah?
Samping mungkin mbak. Yang ada tulisan Solo Balapan itu bukan?
HapusHehe, kalau mau nyoba juga nggak papa, sih, sebenernya. Itung-itung olahraga biar keluar keringet.
Kayaknya enggak mbak ^^
Aku pas ke Balapan malah belum ada skybridge ini... Fasilitas baru tho. Lha tapi klo malah bikin capek...
BalasHapusResmi bisa dipakai per Juni 2017 lalu mbak. Mungkin pas kesini masih tahap pembangunan.
HapusBerarti misalnya ga turun dari kereta, tapi mau ke tirtonadi ga bisa lewat sky brige iki mas?
BalasHapusAku dulu biasane jalan kaki mblusuk2 kampung trus lewat rel kae jadi ga bgtu jauh rasane 😂😂
Tetep bisa, asal kamu punya tiket kereta yang masih berlaku, mas. Meskipun si tiket nggak beneran dipakai buat naik kereta.
HapusAku dulu pernah nyoba jalan kaki dari Tirtonadi ke Balapan. Malah keblasuk ke kampung-kampungnya itu. Mbatinku, sui temen ra nemu - nemu jalan keluar e. Oh ternyata malah salah jalan xD
sepiii…
BalasHapusterima kasih sudah berbagi
Sekalian olahraga yo mas! HAHAHA
BalasHapusIyes!
HapusNext kalau ke Solo lagi harus kesini.
BalasHapusAku suka jalan-jalan (jalan kaki) jadi cukup asik.
Sambil nulis disitu asik kali ya. Nulis di buku diary aja.
Biar mudah dibawa, kalau laptop agak ribet.
Btw, ternyata tulisan di SOLO BALAPAN itu sudah beda to, waktu aku kesana belum gitu lho.
Belum aku tulis juga sih jalan-jalan di Solo..he
Mas kira-kira ada rekomen gak kalau ke Solo harus kemana aja?
Aku baru ke pasar sama apa ya namanya yang ada rusanya itu? :)
Boleh, mas. Silakan dicoba.
HapusIya, itu juga belum lama, sih, tulisan SOLO BALAPAN yang versi baru ini. Kalau dulu kan dari tanaman & bunga hidup beneran, nah kalau yang ini dari bunga imitasi.
Mana, ya? Tempat piknik di Solo ya adanya cuma itu-itu aja, sih, mas. Kalau mau yang berbau alam-alam, masuknya udah ke kabupaten tetangga, kaya di Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, gitu. Yang ada rusanya, Taman Balekambang :)
Koyone apik ki.. Belum pernah nyoba karena jarang nyepur dan ngebis sekarang.. haha
BalasHapusBisa dicoba, mas. Ojo motoran terus. Kesel. Hahaha
HapusPas bangat juga untuk olahraga, setengah kilo gan. Tapi isntagramble bangat juga pas bangat buat feed IG , hehe
BalasHapusIya, mas. Bener. Apalagi yangbagian skybridge berwarna putih abu-abu ini. Instagramable banget!
HapusKeren ya, stasiun keretanya sampai semaju ini di Solo
BalasHapusAlhamdulillah, mas
Hapuspantesan, tiap kali lewat solo balapan kok kayaknya ada pembangunan apa gitu, jadi ini toh jebule, mantap jiwa!
BalasHapusjadi pingin main ke solo, kangen nasi liwetnya!
Dari mana mau kemana memangnya, mbak? Kok sering lewat Balapan?
Hapusngebayangin malem2 lewat sini sendirian wkwkwk
BalasHapusjadi ya, sha punya kenangan masa kecil soal solo balapan ini. Waktu itu lagi naik kereta ke madiun. Terus yang duduk di sebrang itu pemuda pake baju tentara gitu. Yang sha inget dia tuh ketiduran, harusnya turuun di solo jebres. Keingetan banget muka sedih dan bingungnya dia sampe pamit turun di solo balapan.
Bisa beli tiket go show ngga?
BalasHapusYakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^